Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia. –Roma 13:10
Baca: Roma 12:9-21
Mengapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya? Emosi saya bercampur aduk antara sedih, merasa bersalah, marah, dan bingung.
Bertahun-tahun lalu, saya mengambil keputusan pahit untuk memutuskan hubungan dengan seseorang yang sangat dekat. Sebelumnya, sudah berulang kali saya mencoba menegur sikapnya yang sangat menyakitkan, tetapi tidak digubris bahkan disangkal olehnya. Hari ini, ketika mendengar dirinya sedang berada di kota tempat tinggal saya, pikiran saya pun bolak-balik kembali ke masa lalu.
Saat berjuang untuk menenangkan pikiran, saya mendengar sebuah lagu di radio. Lagu tersebut bukan hanya menggambarkan pedihnya pengkhianatan, melainkan juga kerinduan agar pelaku pengkhianatan tersebut mengalami perubahan dan pemulihan. Air mata saya menggenang saat menyelami balada pilu yang menyuarakan kerinduan hati saya yang terdalam itu.
“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!” tulis Rasul Paulus di Roma 12:9, suatu pengingat bahwa tidak semua orang menunjukkan kasih yang tulus. Meski demikian, kerinduan kita yang terdalam adalah untuk mengalami kasih sejati—kasih yang tidak egois atau manipulatif, melainkan welas asih dan rela memberi diri. Kasih seperti itu tidak didorong oleh ketakutan dan dikuasai oleh nafsu ingin mengendalikan, melainkan oleh komitmen dan kesenangan untuk mendahulukan kesejahteraan satu sama lain (ay. 10-13).
Itulah kabar baik, atau Injil. Berkat Tuhan Yesus, akhirnya kita dapat mengenal dan membagikan kasih yang dapat kita percayai—kasih yang tidak akan berbuat jahat (13:10). Hidup dalam kasih-Nya adalah kebebasan sejati.
Oleh: Monica La Rose
Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda mengalami atau melihat perbedaan antara kasih yang tulus dan kasih yang egois? Bagaimana komunitas orang percaya membantu kita belajar mengasihi sesama sepenuh hati?
Allah Mahakasih, tolonglah aku belajar membedakan kasih yang tulus dengan yang palsu. Mampukan juga diriku membagikan kasih Kristus kepada sesamaku.
Amin....m
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Agar dapat dipercaya, kasih haruslah tulus ikhlas. Kata yang diterjemahkan sebagai “jangan pura-pura” di Roma 12:9 (“ikhlas” dalam versi BIS) adalah anypokritos dalam bahasa Yunani, dengan imbuhan awal yang menegasikan akar katanya, hypokrisis, yang berarti “munafik.” Ketika dipadukan, kita mendapat istilah “tidak munafik” atau “ikhlas.” Ketika anypokritos menerangkan kata kasih, kita melihat kasih tanpa topeng, tanpa kepura-puraan atau maksud terselubung; kasih yang sesungguhnya.
Di 2 Korintus 6:6, kata itu menerangkan suatu kasih yang terlihat di antara para pelayan sejati Kristus: “kasih yang tidak munafik.” Namun, kasih bukanlah satu-satunya kebajikan yang diterangkan oleh kata itu. Di 1 Timotius 1:5 dan 2 Timotius 1:5, kata tersebut menerangkan “iman”, yaitu iman yang menjadi ciri orang percaya yang setia kepada Yesus; “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu” (2 Timotius 1:5). –Arthur Jackson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Biro Infokom HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar