• Menolak Membenarkan Diri

    Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. –Markus 7:8


    Baca: Markus 7:6-13


    Seorang polisi bertanya kepada pengemudi apakah ia tahu alasan mobilnya dihentikan. “Tidak tahu,” jawab si pengemudi dengan bingung. “Bu, Anda mengirim pesan dengan ponsel sambil mengemudi,” sang polisi menjelaskan dengan sabar. “Bukan, bukan mengirim pesan!” protes wanita itu sambil menunjukkan teleponnya sebagai bukti. “Aku sedang mengecek e-mail!”


    Mengecek e-mail dengan ponsel tidak membebaskan seseorang dari hukum yang melarang pengemudi menggunakan ponsel sambil berkendara! Maksud peraturan itu bukanlah untuk mencegah orang memakai ponsel atau mengirim pesan, melainkan agar fokus pengemudi tidak teralihkan saat berkendara.


    Yesus menuding para pemimpin agama pada masa-Nya mencari celah sebagai alasan untuk tidak mengikuti hukum Allah. “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah,” kata Yesus, mengutip perintah “Hormatilah ayahmu dan ibumu” sebagai bukti (Mrk. 7:9-10). Dengan berlindung di balik ketaatan beragama, para pemimpin kaya raya yang munafik itu menelantarkan keluarga mereka sendiri. Dengan dalih uang mereka adalah “persembahan kepada Allah”, mereka menyatakan tidak perlu lagi menolong ayah dan ibu mereka yang sudah tua. Yesus pun langsung menyoroti inti permasalahannya. “Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu,” kata-Nya (ay. 13). Selain tidak menghormati orangtua mereka sendiri, mereka juga tidak menghormati Allah.


    Bisa jadi usaha kita membenarkan diri tidak kentara. Kita melakukannya saat kita menghindari tanggung jawab, berdalih atas perilaku egois kita, dan menolak perintah Allah yang sudah jelas. Jika semua itu menggambarkan perilaku kita, yakinlah, kita hanya menipu diri sendiri. Yesus mengundang kita untuk menukar kecenderungan hati kita yang egois dengan bimbingan Roh untuk menaati setiap perintah yang baik dari Bapa.


    Oleh: Tim Gustafson


    Renungkan dan Doakan

    Dalam hal apa saja Anda sering mencoba membenarkan diri? Bagaimana sikap berdalih itu sejalan dengan hikmat Alkitab?


    Ya Allah, aku membutuhkan hikmat-Mu, untuk mengetahui apa yang benar. Jauhkanlah aku dari upaya untuk menyangkal kesalahanku sendiri. Tolonglah aku untuk hidup sejalan dengan bimbingan Roh-Mu.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...


    WAWASAN

    Beratnya tuduhan Yesus terhadap para pemuka agama (Markus 7:1,5), orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, terasa lebih menyentak jika kita memperhatikan kata-kata yang dipakai-Nya. Dia menyebut mereka “orang-orang munafik” (hypokritēs, ay. 6). Perbuatan para pemuka agama tersebut sangat berbeda dengan keadaan mereka sebenarnya. Yesus berkata, “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (ay. 8). Kata yang diterjemahkan sebagai “abaikan” (aphiēmi) banyak dipakai di dalam Perjanjian Baru dan mengandung arti “meninggalkan” atau “melepaskan.” Meski mereka telah “meninggalkan” perintah Allah yang berdaulat, mereka “berpegang” (krateō) pada adat istiadat mereka. Kata lain yang menyoroti kesalahan para pemuka agama itu adalah “tidak berlaku” (akyroō , suatu istilah hukum untuk “membatalkan”, ay. 13). Setiap sistem yang menempatkan tradisi di atas kebenaran Allah pantas mendapat kecaman. –Arthur Jackson


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti


    Biro Infokom HKI

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB