• Cukup Waktu

    Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. –Pengkhotbah 3:11


    Baca: Pengkhotbah 3:1-13


    Melihat novel tebal War and Peace karangan Leo Tolstoy di rak buku teman saya Marty, saya mengaku, “Aku belum pernah membaca buku itu sampai selesai.” Marty tertawa, lalu berujar, “Sewaktu saya pensiun jadi guru, seorang teman yang menghadiahkan buku itu berkata, ‘Akhirnya, sekarang kamu punya waktu untuk membacanya.’”


    Delapan ayat pertama dari Pengkhotbah 3 menggambarkan ritme natural yang wajar dari kegiatan hidup manusia, dengan beberapa di antaranya terjadi begitu saja. Namun, apa pun masa kehidupan yang kita jalani, kita sering merasa kekurangan waktu untuk melakukan segala sesuatu yang ingin kita lakukan. Karena itu, untuk mengambil keputusan yang bijaksana dalam mengelola waktu, alangkah baiknya jika kita memiliki perencanaan (Mzm. 90:12).


    Meluangkan waktu bersama Allah setiap hari patut menjadi prioritas demi kesehatan rohani kita. Melakukan pekerjaan yang produktif akan membawa kepuasan bagi jiwa kita (Pkh. 3:13). Melayani Allah dan menolong sesama sangat penting bagi tercapainya tujuan Allah atas hidup kita (Ef. 2:10). Selain itu, waktu istirahat atau senggang yang kita ambil tidaklah sia-sia, karena hal tersebut akan menyegarkan jiwa dan raga kita.


    Adakalanya kita cenderung terlalu berfokus pada apa yang ada saat ini juga, dengan mencari waktu untuk melakukan hal-hal yang penting bagi kita. Namun, Pengkhotbah 3:11 menyatakan bahwa Allah telah “memberikan kekekalan” dalam hati kita, sehingga kita diingatkan untuk memprioritaskan hal-hal yang bersifat kekal. Kita pun dibawa untuk memperhatikan hal yang terpenting dari semuanya, yakni perspektif kekal Allah “dari awal sampai akhir”.


    Oleh: Cindy Hess Kasper


    Renungkan dan Doakan

    Perubahan apa saja yang mungkin perlu Anda ambil dalam cara Anda menggunakan waktu? Apa maksud penulis Kitab Pengkhotbah tentang Allah memberikan kekekalan dalam hati manusia?


    Tuhan Yesus, biarlah aku melihat sekilas perspektif-Mu yang kekal, dan tolonglah aku untuk menemukan keseimbangan waktu yang tepat, agar aku mampu menggenapi kehendak-Mu dengan lebih baik.

    Amin...

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...


    WAWASAN

    Pengkhotbah mengisahkan seorang manusia pandai yang kehilangan arah “di bawah matahari” (1:9). Sang penulis, yang cocok dengan gambaran Raja Salomo (dan menyebut dirinya “Pengkhotbah” ay. 1), mengawali pemerintahannya dengan baik, dengan memakai hikmat yang dianugerahkan Allah untuk mengupayakan keadilan bagi warga kerajaannya yang paling menderita (lihat 1 Raja-Raja 3:16-28). Namun, ia lalu kehilangan arah ketika ia melupakan bahwa hikmat dan kekayaannya bukan diberikan terutama bagi kepuasan dirinya sendiri. Agaknya, pada akhirnya, ia ingat bahwa makna sejati hanya ditemukan dengan hidup di dalam terang dan kebaikan Allah (Pengkhotbah 12:13-14). –Mart DeHaan


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti


    Biro Infokom HKI

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB