Ia bergirang karena engkau dengan sukacita. –Zefanya 3:17
Baca: Zefanya 3:17-20
Para peneliti di Emory University menggunakan pemindai MRI (pencitraan resonansi magnetik) untuk mempelajari kinerja otak para nenek. Mereka mengukur reaksi empati mereka terhadap potret-potret yang menampilkan cucu mereka sendiri, anak mereka yang telah dewasa, dan seorang anak yang tidak dikenal. Hasilnya menunjukkan bahwa para nenek lebih berempati terhadap cucu mereka ketimbang anak mereka sendiri yang telah dewasa. Hasil itu dikaitkan dengan apa yang disebut sebagai “faktor imut”—para cucu lebih “imut dan menggemaskan” daripada anak-anak yang sudah dewasa.
Sebelum kita merespons, “Ya, pastilah!” mari perhatikan ucapan James Rilling, ketua penelitian tersebut. “Jika sang cucu tersenyum, [neneknya] ikut merasakan kegembiraan si anak. Dan jika sang cucu menangis, nenek pun ikut merasa sakit dan pedih.”
Seorang nabi melukiskan “gambar MRI” dari perasaan Allah saat Dia memandang umat-Nya: “Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai” (Zef. 3:17). Terjemahan lain menyatakan begini, “Kamu menyukakan hati-Nya, maka Dia akan menyanyi dengan gembira” (versi TMV). Seperti seorang nenek yang berempati, Allah merasakan kepedihan kita: “Dalam semua penderitaan mereka, Dia juga menderita” (Yes. 63:9 AYT), dan Dia juga merasakan sukacita kita: “Tuhan berkenan kepada umat-Nya” (Mzm. 149:4).
Saat kita putus asa, ingatlah bahwa Allah sungguh-sungguh merasakan apa yang kita rasakan. Dia bukanlah Allah yang dingin dan jauh, melainkan Pribadi yang mengasihi dan berkenan kepada kita. Mari mendekat kepada-Nya, merasakan senyum-Nya—dan mendengarkan nyanyian-Nya.
Oleh: Kenneth Petersen
Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda merasakan sukacita Allah? Bagaimana perasaan Anda tentang hal itu?
Ya Allah, izinkanlah aku merasakan Engkau tersenyum kepadaku.
Amin...
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Pesan yang dibawa Zefanya terutama adalah mengenai penghakiman. Pasal 1 mengarahkan pesan keras itu kepada seluruh dunia (ay. 2-3), tetapi Yerusalem dan Yehuda menjadi sasaran utama karena penyembahan berhala yang mereka lakukan (ay. 4-6). Zefanya 2 ditujukan kepada bangsa-bangsa tertentu (ay. 4-15), dan, sekali lagi, Yehuda termasuk di dalamnya. Sang nabi menyebut mereka “bangsa yang tidak tahu malu” dan menyerukan dengan sungguh-sungguh agar mereka bertobat sebelum “ditimpa murka TUHAN yang menyala-nyala” (ay. 1-2 BIS). Dalam Zefanya 3:1-7, sang nabi menyoroti Yerusalem karena para pemimpinnya yang korup. Namun, ayat 8-20 menyatakan bagaimana pengharapan abadi dari Allah akan timbul setelah penghakiman berlalu. “Tunggulah Aku,” firman Allah (ay. 8). Setelah penghakimannya tuntas, Allah akan memampukan umat-Nya untuk memanggil nama-Nya (ay. 9). “Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati,” firman-Nya melalui nabi-Nya, “TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu” (ay. 14-15). –Tim Gustafson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread / GEBADA HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar