Allah memberikan kekekalan dalam hati mereka. –Pengkhotbah 3:11
Baca: Pengkhotbah 3:1-11
Monique sedang bergumul. Saat melihat beberapa temannya yang Kristen, ia mengagumi cara mereka menangani pergumulan hidup. Ia bahkan agak cemburu kepada mereka. Akan tetapi, Monique tidak yakin dapat hidup seperti teman-temannya itu. Ia mengira bahwa beriman kepada Kristus itu berarti mengikuti aturan-aturan agama. Akhirnya, seorang teman kuliah membantunya melihat bahwa Allah tidak bermaksud untuk mempersulit hidupnya. Sebaliknya, Allah menginginkan yang terbaik baginya di tengah pasang surut kehidupan. Setelah memahami hal itu, Monique siap untuk mempercayai Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya dan menerima kebenaran luar biasa tentang kasih Allah baginya.
Raja Salomo mungkin akan memberikan nasihat serupa kepada Monique. Sang raja menyadari bahwa dunia ini memang sarat dengan kesusahan. Benar sekali, “untuk segala sesuatu ada masanya” (Pkh. 3:1)—“ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari” (ay. 4). Namun, bukan itu saja. Allah bahkan “memberikan kekekalan dalam hati [manusia]” (ay. 11). Kekekalan itu dimaksudkan Allah untuk manusia hidupi dalam hadirat-Nya.
Ketika Monique percaya kepada Yesus, ia menerima kehidupan “dalam segala kelimpahan,” seperti yang dikatakan-Nya (Yoh. 10:10). Namun, sesungguhnya ia menerima jauh lebih banyak dari itu! Dengan iman, “kekekalan dalam hati[nya]” (Pkh. 3:11) menjadi jaminan akan masa depan yang terbebas dari pergumulan hidup (Yes. 65:17) dan bahwa hadirat Allah yang mulia akan menjadi kenyataan yang abadi.
Oleh: Dave Branon
Renungkan dan Doakan
Bagaimana Anda telah mengalami kehidupan melimpah yang ditawarkan Yesus? Hal-hal apa saja dalam hidup Anda di dalam Tuhan yang Anda syukuri?
Tuhan Yesus, aku mengerti apa yang dikatakan Salomo tentang pasang surutnya kehidupan di dunia ini. Namun, aku berterima kasih, karena Engkau telah membuat kehidupan ini berharga dan layak dijalani. Terima kasih juga atas sukacita abadi yang menantiku.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Pengkhotbah tidaklah seperti kitab-kitab Hikmat lain dalam Perjanjian Lama. Isinya penuh dengan keraguan, dan kehidupan digambarkan dengan istilah-istilah yang sering kali terdengar muram dan pesimis. Pengkhotbah memiliki beberapa ide utama. Kata sia-sia (1:2) muncul berkali-kali dan berarti “hampa” atau “tidak berarti.” Istilah lain adalah di bawah matahari (ay. 3). Artinya “menurut sistem atau nilai-nilai dunia ini.” Ungkapan lain yang sering diulang adalah “menjaring angin” (ay. 14). Frasa ini adalah perumpamaan yang menggambarkan “usaha yang dikeluarkan tanpa hasil karena tidak ada orang yang bisa menjaring angin” (The Bible Knowledge Commentary). –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar