Janganlah padamkan Roh. –1 Tesalonika 5:19
Baca: 1 Tesalonika 5:16-24
Tiga remaja laki-laki yang sangat bersemangat berkeliaran dalam sistem saluran bawah tanah besar yang terhubung dengan Gua Mammoth. Mereka disertai oleh Paman Frank, seorang penjelajah gua veteran yang akrab dengan daerah tersebut. Karena mengetahui titik-titik yang terjal dan tempat-tempat berbahaya di sana, ia terus-menerus berseru kepada ketiga remaja itu, “Adik-adik, lewat sini!” Namun, ketiganya tetap berkelana semakin jauh darinya.
Sambil meredupkan lampu helmnya, Paman Frank memutuskan untuk berdiam diri. Tak lama kemudian, para remaja itu menyadari bahwa mereka telah kehilangan pemandu mereka. Dalam kepanikan, mereka meneriakkan nama Frank. Tidak ada jawaban. Akhirnya, mereka melihat lampu helm Frank berkedip-kedip dari kejauhan. Seketika itu mereka merasa lega dan tenang! Kini, mereka siap mengikuti pemandu mereka.
Kisah nyata itu menjadi perumpamaan yang cocok tentang kecenderungan kita dalam memperlakukan Roh Kudus. Jalan-jalan yang menyimpang bisa menjauhkan kita dari suara yang memanggil kita untuk mengikuti Tuhan Yesus (Mat. 16:24). Itulah suara Roh Kudus, yang tinggal di dalam setiap diri anak Allah (Kis. 2:38-39).
Meski Roh Allah tidak akan pernah meninggalkan kita, kita bisa mengabaikan-Nya. Rasul Paulus memperingatkan, “Janganlah padamkan Roh” (1 Tes. 5:19). Sebaliknya, “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal” (ay. 16-18). Melakukan itu semua akan menolong kita tetap dekat dengan pemandu kita, “Allah damai sejahtera,” yang sanggup menjaga kita “tak bercacat” (ay. 23). Itu bukan karena usaha kita, melainkan pekerjaan-Nya. Paulus mengingatkan kita, “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (ay. 24).
Oleh: Tim Gustafson
Renungkan dan Doakan
Bagaimana selama ini Anda mengabaikan suara Roh Kudus? Bagaimana Anda dapat mengikuti Dia dengan lebih dekat?
Bapa, tolonglah aku tetap dekat dan mendengarkan-Mu hari ini.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu
WAWASAN
Dalam rangkaian nasihat yang diberikannya, pertama-tama Paulus mendorong kita: “Bersukacitalah senantiasa” (1 Tesalonika 5:16). Bagaimana kita dapat bersukacita ketika situasi sedang sulit? Paulus tidaklah naif; ia sendiri terus berhadapan dengan beragam kesulitan dan tantangan yang lebih besar daripada yang kebanyakan dari kita alami. Ia tahu kuncinya terletak pada ketekunan berdoa (ay. 17). Bukan berarti kita berdoa tiap menit dan detik, tetapi kita berdoa bagaimanapun keadaan kita, karena Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan kita. Pada saat itulah doa menjadi alami seperti bernapas. Yang terkait erat dengan hal itu adalah rasa syukur (ay. 18). Ketika hati kita terbiasa bersyukur, sukacita akan mengikutinya. Pola ini menjadi isyarat bagi tema serupa yang kelak ditegaskan oleh sang rasul dalam suratnya kepada jemaat Filipi, yang ditulis beberapa tahun kemudian: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan . . . nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4:4-6). Hasil yang pasti dirasakan adalah hati yang dikuasai damai sejahtera Allah. –Tim Gustafson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar