• Berbagi Harapan

     Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. –Mazmur 119:11


    Ketika Emma bercerita bagaimana Allah telah menolongnya melihat dirinya sendiri sebagai anak Allah yang terkasih, ia kerap menyelipkan ayat-ayat Alkitab ke dalam percakapan kami. Saya hampir tidak bisa membedakan kata-katanya sendiri dengan ayat-ayat Alkitab. Saat saya memujinya sebagai Alkitab berjalan, alisnya berkerut. Ia bukan sengaja mengutip ayat-ayat, tetapi karena membacanya setiap hari, hikmat Kitab Suci pun menjadi bagian dari kosa katanya sehari-hari. Ia bersukacita mengalami kehadiran Allah yang tidak berubah, sekaligus menikmati setiap kesempatan yang Dia berikan untuk membagikan kebenaran-Nya kepada orang lain. Namun, Emma bukanlah anak muda pertama yang dipakai Allah untuk menginspirasi orang lain agar membaca, menghafal, dan menerapkan Kitab Suci dengan sungguh-sungguh.

     Ketika Rasul Paulus mendorong Timotius untuk mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin, ia menunjukkan keyakinannya terhadap sang pemuda (1 Tim. 4:11-16). Paulus menyadari bahwa sejak kecil Timotius sudah mengenal Kitab Suci (2 Tim. 3:15). Seperti Paulus, Timotius juga menghadapi orang-orang yang meragukan dirinya. Meski demikian, keduanya hidup dengan keyakinan bahwa seluruh Kitab Suci itu “diilhamkan Allah.” Mereka mengakui Kitab Suci “bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16-17).

    Ketika kita menyimpan hikmat Allah di dalam hati kita, kebenaran dan kasih-Nya dapat mengalir dengan lancar ke dalam isi percakapan kita. Kita dapat menjadi seperti Alkitab berjalan yang membagikan pengharapan kekal dari Allah ke mana pun kita melangkah.

    Oleh: Xochitl Dixon

    Renungkan dan Doakan 

    Bagaimana Anda dapat menyimpan hikmat Kitab Suci dalam hati dan pikiran Anda? Bagaimana hikmat Allah pernah membantu Anda dalam membagikan kebenaran-Nya kepada orang lain?

    Ya Bapa, biarlah hikmat-Mu memenuhi hatiku, supaya aku dapat membagikan kabar baik tentang diri-Mu kepada orang lain dengan tulus dan berani.

    Amin........

    Selamat pagi selamat beraktifitas tetap semangat, Gbu

     

    WAWASAN

    Timotius adalah “anak [Paulus] yang sah di dalam iman” (1 Timotius 1:2). Kita pertama kali membaca tentang Timotius dalam Kisah Para Rasul 16:1-3, ketika kita diberitahu bahwa “ibunya [Eunike] adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya.” Kita juga membaca bahwa neneknya, Lois, juga orang percaya (2 Timotius 1:5). Timotius tinggal di Listra, dan orang-orang percaya di sana serta di Ikonium (sekitar dua puluh mil di utara Listra) mengenalnya sebagai orang yang baik (Kisah Para Rasul 16:2). Jadi, ketika Paulus mengunjungi Listra dalam perjalanan misinya yang kedua, ia mengajak Timotius. Namun, pertama-tama, Paulus menyunatnya, karena orang Yahudi setempat tahu ayahnya adalah orang Yunani (ay. 3). Paulus tidak ingin menghambat penyebaran Injil kepada kaum Yahudi. Timotius menjadi teman yang dikasihi dan seorang yang penting dalam kelompok misi Paulus, dan ia disebutkan di berbagai surat Paulus. Bacaan hari ini (2 Timotius 3:10-17) merupakan sebagian dari kata-kata terakhir Paulus kepada Timotius. –Alyson Kieda

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Doa Keputusasaan 2025-07-08

Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” –Yohanes 11:23 Baca: Yohanes 11:1-7, 17-25 Pada tahun 2011, Karey Packard dan putrinya se...

Halaman FB