Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. –Yakobus 5:7
Baca: Yakobus 5:7-12
Menunggu sering kali membuat kita kehilangan damai sejahtera. Menurut ahli komputer Ramesh Sitaraman, salah satu sumber “rasa frustrasi dan kemarahan universal” terbesar dari para pengguna internet adalah menunggu perambah (browser) yang lamban saat memuat halaman web. Penelitian menyatakan bahwa waktu untuk kita bersedia menunggu video daring dimuat rata-rata adalah dua detik. Setelah lima detik, sekitar dua puluh lima persen pengguna akan urung, dan setelah sepuluh detik, setengah dari pengguna membatalkan niatnya. Betapa tidak sabarannya kita!
Yakobus mendorong orang percaya untuk tidak meninggalkan Yesus di saat mereka menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali. Kembalinya Kristus akan memotivasi mereka untuk berdiri teguh menghadapi penderitaan dan untuk saling mengasihi serta menghormati (Yak. 5:7-10). Yakobus menggunakan contoh petani untuk menegaskan maksudnya. Seperti petani, yang “menantikan hasil yang berharga dari tanahnya” dan sabar menunggu “hujan musim gugur dan hujan musim semi” (ay. 7), Yakobus mendorong orang percaya untuk bersabar menghadapi penindasan sampai Yesus kembali. Ketika Yesus sungguh kembali, Dia akan memulihkan setiap kesalahan dan membawa damai sejathera.
Adakalanya kita tergoda untuk meninggalkan Yesus selagi menantikan-Nya. Namun, sementara menunggu, hendaknya kita “berjaga-jaga” (Mat. 24:42), tetap setia (25:14-30), dan mengikuti karakter serta kehendak-Nya (Kol. 3:12). Meski kita tidak tahu kapan Yesus akan kembali, marilah menunggu dengan sabar, selama yang dibutuhkan.
Oleh: Marvin Williams
Renungkan dan Doakan
Hal apa yang paling sulit dilakukan, saat menunggu kembalinya Yesus? Bagaimana kembalinya Yesus dapat mendorong kita untuk mengikuti karakter dan kehendak-Nya?
Tuhan Yesus, aku akan menunggu-Mu. Meski dunia ini gelap, penuh dengan kepedihan, penderitaan, ketidakadilan, dan ketidakpastian, aku akan menantikan-Mu. Meski tidak tahu kapan waktunya, aku akan tetap menunggu-Mu.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.
WAWASAN
Karena para pembaca Kitab Yakobus hidup dalam komunitas agrikultur, banyak dari mereka memahami kesabaran yang diperlukan untuk menunggu waktu panen. Namun, mereka mungkin tidak memikirkan lebih jauh soal menantikan keuntungan yang lebih banyak dan berjangka panjang. Karenanya, Yakobus memberikan gambaran yang kontras. Pertama, ia menggambarkan ketidaksabaran para pemilik tanah kaya raya yang enggan menunggu hasil dari hidup benar (Yakobus 5:1-6). Karena ingin kaya dengan cepat, mereka membangun kekayaan mereka dengan membebani para buruh yang tidak dibayar dengan layak dan yang diperlakukan semena-mena.
Lalu, Yakobus berbalik. Kepada saudara-saudari seimannya, ia mendorong mereka untuk memikirkan apakah dengan menggerutu terhadap satu sama lain, mereka sedang menunjukkan ketidakpedulian yang sama kepada orang lain. Yakobus mendesak mereka untuk mempertimbangkan nilai mulia dari hikmat dan kedamaian, dan bukan konflik (1:5; 3:13-18), sebagai hasil panen yang dijamin oleh Allah yang penuh kasih dan Hakim yang “penyayang dan penuh belas kasihan” (5:11) yang berjanji akan datang kembali (ay. 8). –Mart DeHaan
BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar