• Lagu Cinta

    Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. –Zefanya 3:17


    Baca: Zefanya 3:9-17


    Di suatu Sabtu sore, taman di tepi sungai itu terasa begitu tenang dan damai. Ada yang joging, ada yang memancing, dan burung-burung camar berebut kertas pembungkus makanan, sementara saya dan istri duduk memperhatikan sepasang pria dan wanita. Mereka mungkin berusia sekitar akhir empat puluhan dan berbicara dalam bahasa yang tidak kami pahami. Si wanita duduk menatap mata pria yang sedang menyanyikan lagu cinta untuknya tanpa rasa risih sedikit pun, sambil semilir angin membuat kami semua bisa ikut mendengarkan suaranya.


    Adegan menyenangkan ini mengingatkan saya pada Kitab Zefanya. Mungkin hal ini membuat Anda heran. Pada zaman Nabi Zefanya, kehidupan umat Allah telah rusak karena tunduk kepada berhala (1:4-5), sementara para nabi dan imam Israel berbuat najis dan arogan (3:4). Sebagian besar kitab itu berisi pesan penghakiman Allah yang akan datang bukan hanya atas Israel tetapi juga atas seluruh bumi (ay. 8).


    Namun, Zefanya menubuatkan sesuatu yang lain. Dari masa yang gelap itu akan muncul umat yang mengasihi Allah dengan sepenuh hati (ay. 9-13). Bagi orang-orang ini, Allah akan menjadi seperti mempelai laki-laki yang bersukacita karena kekasih-Nya: “Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai” (ay. 17).


    Pencipta, Bapa, Pahlawan, Hakim—itulah gelar-gelar yang digunakan Alkitab bagi Allah. Namun, berapa banyak dari kita melihat Allah sebagai Penyanyi Agung yang menyanyikan lagu cinta untuk kita dengan gembira?


    Oleh: Sheridan Voysey


    Renungkan dan Doakan

    Bagaimana biasanya Anda menggambarkan Allah—sebagai Pencipta, Bapa, Pahlawan, atau yang lainnya? Apa pengaruhnya bagi hidup Anda, bila Anda melihat Allah sebagai Kekasih, dan Anda sendiri sebagai kekasih-Nya?


    Ya Allah, aku bahagia, Engkau bersorak-sorak karena diriku.

    Amin..

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.


    WAWASAN

    Zefanya 1:1 tidak lazim, karena kita diberikan latar belakang biografi yang lebih jauh daripada yang biasa kita temukan tentang para nabi Perjanjian Lama. Isinya berbunyi, “Firman TUHAN yang datang kepada Zefanya bin Kusyi bin Gedalya bin Amarya bin Hizkia dalam zaman Yosia bin Amon, raja Yehuda.” Dua hal patut diperhatikan di sini. Pertama, Zefanya merupakan keturunan langsung dari salah satu raja terbesar Yehuda—Hizkia—sehingga termasuk keluarga kerajaan. Kedua, Zefanya melayani dalam pemerintahan Yosia, yang menetapkan kembali perayaan Paskah dalam suatu reformasi agama besar-besaran. –Bill Crowder


    BIRO INFOKOM HKI

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB