• Menjadi Berbeda

    Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati. –Matius 11:29


    Baca: Efesus 4:29-32



    Pada bulan November 1742, kerusuhan pecah di Staffordshire, Inggris, untuk memprotes pesan Injil yang dikhotbahkan oleh Charles Wesley. Tampaknya Charles dan saudaranya, John, telah mengubah beberapa tradisi lama gereja, dan banyak penduduk kota menganggap hal itu keterlaluan.


    Ketika John Wesley mendengar tentang kerusuhan tersebut, ia bergegas pergi ke Staffordshire untuk membantu saudaranya. Gerombolan massa yang sulit dikendalikan mengepung tempat John tinggal. Dengan berani, ia menemui para pemimpin mereka, dan berbicara dengan nada tenang hingga akhirnya kemarahan orang banyak itu berangsur-angsur mereda.


    Sikap John Wesley yang lemah lembut dan tenang sanggup menenangkan massa yang garang. Namun, kelemahlembutan itu tidak timbul dalam hatinya secara alamiah, melainkan datang dari hati Sang Juruselamat yang dipercayai Wesley dengan sepenuh hati. Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat. 11:29). Kuk kelemahlembutan itu menjadi kekuatan sejati di balik dorongan yang dilontarkan Rasul Paulus kepada kita: “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu” (Ef. 4:2).


    Dalam kedagingan kita, mustahil untuk memiliki kesabaran tersebut. Namun, berkat kehadiran buah Roh di dalam kita, kelemahlembutan hati Kristus dapat menjadikan kita berbeda dan memampukan kita menghadapi dunia yang tidak bersahabat ini. Dengan melakukannya, kita menggenapi kata-kata Paulus: “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang“ (Flp. 4:5).


    Oleh: Bill Crowder


    Renungkan dan Doakan

    Mengapa budaya masa kini menganggap kelemahlembutan sebagai kelemahan? Bagaimana sifat lemah lembut tersebut sesungguhnya menjadi kekuatan kita?


    Ya Allah, ingatkanlah aku, bagaimana Tuhan Yesus telah menunjukkan kelemahlembutan dan belas kasihan kepada musuh-musuh-Nya.

    Amin.....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....


    WAWASAN

    Rasul Paulus menasihati orang percaya untuk hidup berbeda dari mereka yang tidak percaya. Hidup kita haruslah kudus, yakni dipisahkan dan diabdikan kepada Allah (Efesus 4:20-24). Ucapan kita sepatutnya berisi kebenaran, dengan kata-kata yang menolong, menguatkan, membangun, mendorong, dan memberkati orang lain (ay. 25,29). Melalui kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita, kita dapat membuang perkataan kotor dan kasar, juga ucapan yang mengandung kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, atau fitnah (ay. 29-31). Pengampunan yang kita berikan kepada orang lain memperlihatkan keluhuran kita sebagai orang percaya. Kita harus mengampuni sesama seperti Allah telah mengampuni kita (ay. 32; Kolose 3:13). Bukti bahwa kita telah diampuni oleh Bapa adalah ketika kita rela mengampuni sesama, karena orang percaya yang telah diampuni Allah adalah pribadi yang pengampun (Matius 6:12,14-15; 18:21-35; Lukas 7:36-50). –K.T. Sim


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti


    Biro Infokom HKI

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB