Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. –Matius 6:4
Baca: Matius 6:1-4
Setiap pagi, Glen membeli kopi di lantatur (drive-thru) terdekat. Setiap kali melakukannya, ia tidak lupa membayari pesanan pelanggan dalam mobil di belakangnya, sambil berpesan agar kasir mengucapkan pesan selamat pagi kepada pelanggan tersebut. Glen tidak mengenal orang-orang yang ditraktirnya. Ia juga tidak mengetahui reaksi mereka, ia merasa itu hanyalah “hal sederhana yang bisa ia lakukan” untuk orang lain. Akan tetapi, pada suatu kesempatan, ia mengetahui dampak dari tindakannya ketika membaca surat anonim yang dikirimkan kepada redaksi surat kabar di kotanya. Kebaikan yang dilakukannya pada tanggal 18 Juli 2017 telah mendorong orang dalam mobil di belakangnya mengurungkan niat untuk bunuh diri pada hari itu.
Setiap hari Glen berbagi dengan pengendara mobil di belakangnya tanpa pamrih. Hanya sekali itu ia dapat mengetahui dampak dari pemberiannya yang sederhana. Ketika Yesus berkata, “Janganlah diketahui tangan kiri [kita] apa yang diperbuat tangan kanan [kita]” (Mat. 6:3), Dia mendorong kita untuk memberi kepada sesama tanpa perlu mencari-cari pengakuan, seperti yang dilakukan Glen.
Ketika kita memberi kepada sesama karena kasih kita kepada Allah, tanpa memikirkan pujian atau pengakuan dari orang lain, kita dapat percaya bahwa pemberian itu—baik besar atau kecil—akan digunakan Allah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang menerima-Nya.
Oleh: Kirsten Holmberg
Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda menerima berkat dari seseorang tanpa tahu siapa pemberinya? Bagaimana Anda dapat lebih sering memberi secara “tersembunyi”?
Terima kasih, Bapa, karena Engkau memakai diriku untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Engkau juga memenuhi kebutuhanku melalui orang lain. Tolong aku untuk tidak mencari-cari pujian ketika memberi, melainkan melakukannya dengan cara yang memuliakan-Mu.
Amin......
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Setelah melakukan serangkaian penyembuhan fisik yang menunjukkan kebaikan dan kredibilitas-Nya (Matius 4:23-25), Yesus lalu menjelaskan hidup seperti apa yang layak dijalani (5:1-16). Di dalam prosesnya, Dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai para pemuka agama yang kebaikannya hanya di permukaan (ay. 20). Namun, seperti banyak bagian Kitab Suci lainnya, Khotbah di Bukit (pasal 5–7) tidak pernah dimaksudkan untuk berdiri sendiri.
Khotbah yang berakar kuat pada perkataan Musa dan para nabi itu merupakan pengantar yang diberikan Yesus untuk segala sesuatu yang akan terjadi. Lewat hidup dan mati-Nya, Yesus mewujudkan prinsip-prinsip kerajaan-Nya dan menanggung konsekuensi utama dari tipu daya dan pemberontakan yang bermula di Taman Eden. Dengan kebangkitan-Nya, Dia mematahkan kuasa kubur yang ditakuti semua orang. Dengan mengaruniakan Roh-Nya, Dia memampukan semua orang yang menerima-Nya untuk hidup dalam hadirat dan keserupaan dengan Bapa kita di surga (5:43–6:9). –Mart DeHaan
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Biro Infokom HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar