• Bergantung dari Hari ke Hari

    Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. –Matius 6:11


    Baca: Matius 6:6-13


    Suatu hari anak-anak kami yang masih kecil bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan sendiri. Sabtu pagi itu, saya dan istri bermaksud bangun lebih siang karena merasa capek setelah melewati satu minggu yang melelahkan. Tiba-tiba, saya mendengar suara barang pecah! Saya melompat dari tempat tidur lalu bergegas turun. Di dapur, saya melihat sebuah mangkuk telah pecah dan havermut berserakan di lantai. Jonas, anak kami yang berumur lima tahun, sedang berusaha keras menyapu semua kotoran di lantai (tetapi lebih seperti melumuri lantai). Anak-anak saya lapar, tetapi mereka memutuskan untuk tidak meminta bantuan. Mereka memilih untuk mandiri, tidak mau bergantung pada kami, dan hasilnya berantakan.


    Dalam kehidupan manusia, anak-anak memang perlu berkembang dari sikap bergantung kepada kemandirian. Namun, dalam hubungan kita dengan Allah, kedewasaan berarti beralih dari sikap mandiri kepada ketergantungan pada-Nya. Sikap ketergantungan ini kita latih melalui doa. Sewaktu Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya, dan kita semua yang telah percaya kepada-Nya, untuk berdoa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11), Dia sedang mengajarkan doa penuh ketergantungan. Roti adalah lambang dari makanan, kelepasan, dan tuntunan (ay. 11-13). Kita bergantung pada Allah untuk itu semua, dan lebih banyak lagi.


    Di dalam Tuhan, tidak ada orang percaya yang bisa berdikari, karena kita tidak akan pernah berhenti membutuhkan anugerah-Nya. Sepanjang hidup kita, kiranya kita selalu memulai hari demi hari dengan sikap penuh ketergantungan dalam doa kepada “Bapa [kita] yang di sorga” (ay. 9).


    Oleh: Glenn Packiam


    Renungkan dan Doakan

    “Roti” apa yang Anda minta hari ini? Bagaimana cara Anda menunjukkan kepercayaan Anda kepada Allah, saat Anda berseru dalam doa?


    Tuhan Yesus, Engkaulah Pencipta dan Pemeliharaku. Tolong aku untuk senantiasa percaya kepada-Mu.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....


    WAWASAN

    Beberapa versi Alkitab menerjemahkan “bertele-tele” (Matius 6:7) sebagai “kata-kata yang tidak ada artinya” (AYT) atau “kata-kata yang tidak bermakna” (AVB), yang berarti terus-menerus mengulangi kata-kata yang sama seperti yang dilakukan mereka yang tidak mengenal Allah (bukan orang Yahudi). Mereka melakukannya untuk mendapat perhatian dan agar tampak benar atau saleh. Hal itu mengingatkan kita pada nabi-nabi Baal yang memanggil dewa mereka “dari pagi sampai tengah hari” tetapi “tidak ada yang menjawab” (1 Raja-Raja 18:26).


    Yesus tidak sedang mengecam praktik doa di depan umum, tetapi Dia melarang pengulangan tanpa makna dan tanpa hati. Orang-orang Farisi dan lain-lain yang munafik dengan bangganya berdoa seperti itu “dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang” (Matius 6:5). Namun, selama di dunia, Yesus “telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibrani 5:7). Tidak seperti doa-doa sesat dari orang-orang munafik, “doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yakobus 5:16). –Alyson Kieda


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 


    Our Daily Bread/ BIRO INFOKOM HKI

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB