Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. –Amsal 30:8
Baca: Amsal 30:7-9
Dalam film Fiddler on the Roof, tokoh Tevye berbicara blak-blakan kepada Allah tentang cara kerja-Nya: “Engkau membuat banyak, banyak sekali orang miskin. Aku tahu miskin itu tidak memalukan, tetapi juga tidak terlalu terhormat! Jadi, apa salahnya kalau aku memiliki kekayaan sedikit saja? . . . Memangnya itu akan merusak suatu rencana agung dan kekal—kalau aku jadi kaya?”
Berabad-abad sebelum pengarang Sholem Aleichem membuat Tevye mengucapkan kalimat yang jujur ini, Agur menaikkan doa yang sama jujurnya tetapi sedikit berbeda kepada Allah dalam Kitab Amsal. Agur meminta Allah agar tidak memberinya kemiskinan maupun kekayaan—cukup “makanan yang menjadi bagianku” (Ams. 30:8). Ia tahu bahwa memiliki terlalu banyak harta dapat menjadikannya sombong, bahkan membuatnya bersikap seperti orang ateis—menyangkal keberadaan Allah. Di sisi lain, ia meminta Allah untuk tidak membiarkannya miskin karena hal itu dapat membuatnya mencemarkan nama Allah dengan mencuri milik orang lain (ay. 9 ). Agur mengakui Allah sebagai satu-satunya penyedia semua kebutuhannya, dan meminta Allah memberikan yang “secukupnya saja” untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Doa Agur mengungkapkan kerinduannya akan Allah dan kepuasan yang ditemukannya di dalam Allah saja.
Kiranya kita memiliki sikap seperti Agur, yang mengakui Allah sebagai penyedia semua kebutuhan kita. Dalam usaha kita mengelola keuangan dengan cara yang memuliakan nama-Nya, marilah kita hidup dalam rasa cukup di hadapan Dia, yang tak hanya mencukupkan, tetapi memberikan lebih dari apa yang kita perlukan.
Oleh: Marvin Williams
Renungkan dan Doakan
Apa yang dapat Anda lakukan untuk merindukan Allah dan memperoleh kepuasan di dalam Dia? Bagaimana Anda dapat mengungkapkan rasa syukur Anda kepada Allah atas kesetiaan-Nya?
Ya Allah, Pemelihara kami, tolonglah aku merasa cukup dengan segala sesuatu yang Engkau sediakan.
Amin..
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Ayat pembuka Amsal 30 menyebutkan asalnya dari perkataan seseorang bernama Agur bin Yake. Sayangnya hanya itu yang kita ketahui tentang dirinya. Dalam versi Terjemahan Lama, teks ayat pertama itu selanjutnya menyatakan bahwa “sabda perumpamaan” Agur ditujukan kepada orang-orang bernama Itiel dan Ukhal—yang sama-sama tidak diketahui asal-usulnya.
Apa yang dapat kita duga dari sifat amsal-amsal tersebut? Mungkin bahwa Agur seorang yang rendah hati (ay. 2-4) serta pengamat yang tajam atas keadaan alam (ay. 19,24-31) dan sifat manusia (ay. 20-23). Kenyataan bahwa perkataannya dicantumkan dalam Kitab Amsal menunjukkan apresiasi yang tinggi dari kalangan keagamaan Yahudi. Di ayat 8, kita juga menemukan bahwa agaknya Agur seorang yang hidup berkecukupan, tidak kaya-raya, karena ia memohon kepada Allah, “Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.” –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread/ BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar