• Ketaatan yang Membebaskan

    Semua . . . boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya. –Kejadian 2:16-17


    Baca: Kejadian 2:15-25


    Raut wajah gadis muda itu mencerminkan kecemasan dan rasa malu. Memasuki Olimpiade Musim Dingin 2022, kesuksesannya sebagai atlet seluncur indah tak tertandingi—serangkaian gelar juara seakan telah memastikan bahwa ia bakal meraih medali emas. Namun kemudian, hasil tes doping menunjukkan keberadaan zat terlarang dalam tubuhnya. Ekspektasi dan kecaman membebaninya begitu rupa, sehingga ia terjatuh beberapa kali di nomor free skate dan membuatnya gagal naik podium. Tidak ada medali yang berhasil diperolehnya. Sebelum skandal terjadi, gadis muda itu pernah mempertunjukkan kebebasan dan kreativitas artistiknya di atas es, tetapi sekarang tuduhan bahwa ia melanggar aturan telah menghancurkan mimpinya.


    Sejak awal manusia diciptakan, Allah sudah menyatakan pentingnya ketaatan saat kita menerapkan kehendak bebas yang kita miliki. Ketidaktaatan telah membawa kerusakan yang luar biasa kepada Adam, Hawa, dan kita semua, karena dosa mendatangkan kehancuran dan kematian ke dalam dunia (Kej. 3:6-19). Namun, itu bukanlah rancangan-Nya yang semula. Allah telah memberi tahu Adam, “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas” kecuali buah dari satu pohon (2:16-17). Ketika mengira “mata [mereka] akan terbuka, dan [mereka] akan menjadi seperti Allah,” Adam dan Hawa pun memakan buah dari “pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” (3:5; 2:17). Akibatnya, timbullah dosa, rasa malu, dan kematian.


    Dalam kemurahan hati-Nya, Allah memberi kita kebebasan dan begitu banyak hal baik untuk kita nikmati (Yoh. 10:10). Dalam kasih-Nya, Dia juga memanggil kita untuk menaati-Nya demi kebaikan kita. Kiranya Dia menolong kita untuk memilih ketaatan, agar kita menemukan kehidupan yang penuh sukacita dan bebas dari rasa malu.


    Oleh: Tom Felten


    Renungkan dan Doakan

    Bagaimana dunia memandang kebebasan? Mengapa menaati Allah dan kehendak-Nya pada akhirnya akan mendatangkan kebebasan?


    Ya Bapa, terima kasih atas kebebasan dan kehidupan sejati yang kutemukan saat aku memilih taat kepada-Mu.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....


    WAWASAN

    Frasa “penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18) adalah pernyataan yang dinamik. Secara harfiah itu berarti “penolong yang cocok baginya” atau “penolong yang memenuhi kekurangannya”. Mungkin ini untuk mengakui apa yang Adam ketahui ketika ia menamai binatang-binatang: binatang-binatang itu bukan teman yang sepadan baginya, karena yang ia butuhkan adalah seorang penolong. Tidak seperti binatang, Adam merasa dirinya belum lengkap. Namun, kata penolong tidak mengacu kepada kelemahan. Bahkan, kata Ibrani yang dipakai di sini (‘ezer) berulang kali dipakai dalam Perjanjian Lama untuk mengacu kepada Allah itu sendiri (lihat Mazmur 33:20; 70:6; 115:9)! Alih-alih suatu istilah yang merendahkan, pertolongan atau penolong dipakai untuk menggambarkan kekuatan Allah yang datang membantu kita dengan segenap kuasa-Nya. –Bill Crowder


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti


    Our Daily Bread / GEBADA HKI

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB