Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. –Yakobus 3:13
Baca: Yakobus 3:13-18
Tepat sebelum Paskah tahun 2018, seorang teroris memasuki sebuah pasar dan membunuh dua orang serta menyandera seorang wanita. Ketika upaya membebaskan wanita itu gagal, seorang polisi menawarkan dirinya kepada si teroris sebagai ganti pembebasan wanita tadi.
Tawaran itu sangat mengejutkan karena tidak sejalan dengan “hikmat” pada umumnya. Kita dapat mengenali “hikmat” yang berlaku dalam sebuah masyarakat lewat apa yang disanjungnya, seperti ucapan para selebriti yang marak dikutip di media sosial. Salah satu yang cukup populer berbunyi: “Nikmati petualangan paling seru dengan menjalani kehidupan yang kauimpikan”. Kutipan lain berbunyi, “Cintailah dirimu terlebih dahulu, maka hal-hal lain akan beres dengan sendirinya”. “Lakukan saja yang perlu kaulakukan, demi dirimu”, ungkap kutipan yang lain. Seandainya polisi tadi mengikuti nasihat-nasihat semacam ini, pastilah ia akan mengutamakan dirinya sendiri dan memilih untuk kabur.
Rasul Yakobus menyebutkan dua jenis hikmat: yang “duniawi” dan yang “surgawi”. Hikmat duniawi ditandai sifat mementingkan diri sendiri dan penuh kekacauan (Yak. 3:14-16), sementara hikmat surgawi memiliki ciri-ciri seperti lemah lembut, penurut, dan suka damai (Yak. 3:13, 17-18). Hikmat duniawi selalu mendahulukan diri sendiri. Sebaliknya, hikmat surgawi mendahulukan orang lain, dan ditunjukkan lewat perbuatan-perbuatan yang rendah hati (ay. 13 BIS).
Si teroris mengabulkan permintaan polisi itu. Sandera dilepaskan, tetapi sang polisi dibunuh, dan pada Paskah itu seluruh dunia menyaksikan bagaimana seseorang yang tidak bersalah menyerahkan nyawanya bagi orang lain.
Hikmat surgawi melahirkan perbuatan yang rendah hati karena menempatkan Allah di atas diri sendiri (Ams. 9:10). Hikmat mana yang Anda ikuti hari ini?
Oleh: Sheridan Voysey
Renungkan dan Doakan
“Hikmat” apa yang dunia tawarkan kepada kita? Bagaimana Anda dapat menilai dengan baik hikmat yang ditawarkan kepada Anda?
Allah Maha Bijaksana, karuniakanlah aku hikmat yang menuntunku kepada perbuatan-perbuatan rendah hati yang kulakukan dengan penuh kasih.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Menurut Yakobus 3:13, “kelemahlembutan”—dikontraskan dengan “iri hati dan [sikap] mementingkan diri sendiri” (ay. 14)—adalah inti dari hidup berhikmat. Membandingkan penggambaran hikmat duniawi dalam ayat 14-16 dengan hikmat surgawi di ayat 17 adalah seperti berpindah dari dalam bayangan gelap dunia ke dalam cahaya surga yang terang benderang. Ayat 17 mencatat tujuh karakteristik hikmat surgawi, yaitu murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, tidak memihak, dan tidak munafik. Hal-hal tersebut sangat mungkin menyatakan apa yang tidak dimiliki para pembaca Yakobus. Seperti batu-batu kerikil yang mengelilingi kelemahlembutan, batu penjuru yang utama dalam suatu hubungan, Yakobus menyebutkan sifat-sifat yang menggambarkan hikmat Allah dan yang ikut menciptakan keutuhan serta keharmonisan hubungan. Sifat-sifat tersebut setara dengan sifat-sifat yang dihasilkan oleh Roh Allah dalam Galatia 5:22-23. –Arthur Jackson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar