• Keterampilan untuk Berbelas Kasihan

    Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara . . . Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! –Roma 12:10-12


    Baca: Roma 12:9-21


    “Sebilah duri telah menyisip di kakimu—itu sebabnya terkadang engkau menangis di malam hari,” tulis Katarina dari Siena pada abad ke-14. Ia melanjutkan, “Ada orang-orang yang dapat mengeluarkannya. Keterampilan yang dibutuhkan untuk itu dipelajari dari [Allah].” Katarina mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan “keterampilan” tersebut, dan sampai sekarang masih dikenang karena kemampuannya yang luar biasa dalam berempati dan berbelas kasihan kepada orang-orang yang menderita.


    Gambaran rasa sakit dari sebilah duri yang menyisip dan kelembutan serta keterampilan yang dibutuhkan untuk mencabutnya, terus terbayang-bayang dalam benak saya. Itu menjadi pengingat yang kuat tentang betapa dalam dan terlukanya kita, dan bagaimana kita perlu menggali lebih dalam agar dapat mengembangkan rasa belas kasihan yang sejati bagi sesama dan diri kita sendiri.


    Gambaran itu juga mengingatkan kita bahwa untuk mengasihi sesama seperti yang dilakukan Tuhan Yesus, niat baik dan ucapan saja tidak cukup. Seperti dikatakan Rasul Paulus, perlu ada sikap “saling mengasihi sebagai saudara” (Rm. 12:10), dengan terus “bersukacita di dalam pengharapan, bersabar di dalam sengsara dan bertekun di dalam doa” (ay. 12 TL). Dibutuhkan kemauan untuk tidak hanya “[bersukacita] dengan orang yang bersukacita” tetapi juga “[menangis] dengan orang yang menangis” (ay. 15). Yang dibutuhkan adalah segenap diri kita.


    Dalam dunia yang tidak sempurna ini, tak satu pun dari kita terhindar dari rasa sakit. Kepedihan dan luka telah begitu dalam menggoreskan bekasnya pada diri kita. Namun, kasih yang kita temukan dalam Kristus sungguh jauh lebih dalam; kasih yang begitu lembut sehingga dapat menarik keluar duri dengan berbalutkan belas kasihan, dan kerelaan merangkul baik teman maupun lawan (ay. 14) untuk bersama-sama menemukan kesembuhan.


    Oleh: Monica La Rose


    Renungkan dan Doakan

    Pernahkah Anda mengalami belas kasihan yang membawa kesembuhan? Bagaimana Anda dapat membangun komunitas dari orang-orang yang saling membawa kesembuhan?


    Allah yang baik, terima kasih untuk belas kasihan-Mu. Tolonglah aku untuk mengasihi sesamaku dengan belas kasihan yang sama.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....


    WAWASAN

    Gambaran Paulus mengenai hidup dalam kasih yang melayani di Roma 12:9-21 diawali dengan penekanan, “Kasih itu jangan pura-pura” (ay. 9). Jangan pura-pura di sini secara harfiah berarti “jangan munafik” (hipokrit). Kata hipokrit pada masa itu mungkin mengacu kepada topeng seorang aktor. Jadi sang rasul memperingatkan orang percaya untuk tidak memakai topeng atau berpura-pura dengan mengasihi hanya di permukaan. Dalam tafsirannya terhadap bagian ini, tokoh reformasi John Calvin menggambarkan betapa menakjubkannya bagaimana hampir semua orang bisa berpura-pura mengasihi orang lain, padahal sebenarnya tidak. Ia berkata, “Mereka bukan hanya mengelabui orang lain, tetapi juga menipu diri mereka sendiri ” dengan mengasihi orang-orang yang sebenarnya mereka abaikan dan perlakukan dengan buruk. Karena menipu diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain sangatlah berbahaya, dengan sangat terperinci Paulus menjelaskan seperti apa cara hidup yang sungguh-sungguh mengasihi dan melayani orang lain. –Monica La Rose


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 


    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB