"Anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” yang berarti: Allah menyertai kita. –Matius 1:23
Baca: Matius 1:18-25
Tokoh yang kita kenal sebagai Santo Nikolaus (atau Nikolas) lahir sekitar tahun 270 m di sebuah keluarga Yunani yang kaya. Orangtuanya meninggal dunia ketika ia masih kecil, lalu ia tinggal dengan paman yang mengasihinya dan mengajarinya untuk percaya kepada Allah. Ketika masih muda, menurut legenda, Nikolaus mendengar tentang tiga perempuan bersaudara yang tidak mempunyai mahar untuk menikah dan nyaris melarat. Didorong keinginan untuk mengikuti ajaran Tuhan Yesus tentang memberi kepada mereka yang membutuhkan, ia pun memberikan sekantong keping emas dari warisannya kepada masing-masing perempuan itu. Di sepanjang sisa hidupnya, Nikolaus mendonasikan seluruh uangnya untuk memberi makan orang miskin dan merawat sesama. Di kemudian hari, Nikolaus dikenang karena kemurahan hatinya, bahkan mengilhami tokoh yang sekarang kita kenal sebagai Sinterklas.
Meski maraknya sisi komersial dapat mengancam perayaan Natal, tradisi pemberian hadiah sebenarnya memiliki kaitan dengan teladan Nikolaus. Kemurahan hati Nikolaus itu didasarkan pada pengabdiannya kepada Yesus. Nikolaus tahu bahwa Kristus sudah menunjukkan kemurahan hati yang tak terbayangkan dengan membawa hadiah terbesar, yaitu Allah itu sendiri. Yesus adalah “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23). Dia mengaruniakan hadiah kehidupan kepada kita. Dalam dunia yang sarat dengan kematian, Dia “menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (ay. 21).
Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, hati kita dipenuhi kemurahan dan kerelaan berkorban. Kita peduli pada kebutuhan orang lain, dan senang memperhatikan mereka, seperti Allah juga memperhatikan kita. Itulah teladan Santo Nikolaus, bahkan terlebih lagi, itulah teladan Allah.
Oleh: Winn Collier
Renungkan dan Doakan
Bagaimana perasaan Anda ketika memberi hadiah? Apakah Anda cenderung melakukannya dengan terpaksa atau dengan penuh sukacita? Bagaimana teladan hidup Yesus mengubah pandangan Anda tentang kemurahan hati?
Ya Allah, aku mau menjadi murah hati, walaupun terkadang sulit. Mampukanlah aku untuk menunjukkan kemurahan hati yang sejati.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....
WAWASAN
Tidak banyak catatan Alkitab mengenai Yusuf, ayah duniawi Yesus. Ia paling sering disebut di dalam kisah kelahiran Kristus. Namun, apa yang kita melihat dari Yusuf mengesahkan hikmat Allah dalam memilihnya untuk perannya yang unik. Ia seorang “yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama [Maria] di muka umum” (Matius 1:19). Ia seorang warga negara yang taat hukum, yang melakukan perjalanan ke Betlehem untuk mendaftarkan diri dalam sensus, bersama istrinya yang sedang mengandung (Lukas 2:1-5). Akhirnya, tidak saja ia mengikuti hukum Allah, tetapi hati dan telinganya terbuka kepada pimpinan Allah untuk mengambil Maria sebagai istrinya (Matius 1:24), dan melindungi serta memberi tempat menetap bagi keluarganya (2:13-15, 19-23). –Arthur Jackson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar