• Tidur Lelap

    Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab Tuhan menopang aku! –Mazmur 3:6


    Baca: Mazmur 3


    Kenangan buruk dan pesan-pesan penuh tuduhan membanjiri pikiran Sal. Rasa takut memenuhi hatinya, tubuhnya bersimbah keringat, dan ia tidak dapat memejamkan mata. Keesokan harinya ia akan dibaptis, dan malam itu ia tidak dapat menghentikan pikiran-pikiran buruk yang menyerangnya. Sal telah menerima keselamatan dalam Tuhan Yesus dan tahu bahwa dosa-dosanya sudah diampuni. Namun, peperangan rohaninya terus berlanjut. Pada saat itulah sang istri meraih tangannya dan berdoa untuknya. Sesaat kemudian, damai sejahtera mengenyahkan ketakutan dari hati Sal. Ia lalu bangkit dari tempat tidur untuk menuliskan kata-kata kesaksian yang akan ia bagikan sebelum pembaptisan—sesuatu yang tadinya tidak dapat ia lakukan. Selesai menulis, ia pun tidur lelap.


    Raja Daud juga tahu apa rasanya mengalami malam yang meresahkan. Saat melarikan diri dari anaknya sendiri, Absalom, yang ingin merampas takhtanya (2 Sam. 15–17), Daud tahu bahwa ada “puluhan ribu orang yang siap mengepung aku” (Mzm. 3:7). Ia mengeluh, “Betapa banyaknya lawanku!” (ay. 2). Meski rasa takut dan bimbang bisa saja mengalahkannya, Daud berseru kepada Allah, “perisai” perlindungannya (ay. 4). Kemudian, Daud merasa dapat “membaringkan diri, lalu tidur; . . . sebab Tuhan menopang [dirinya]!” (ay. 6).


    Ketika ketakutan dan pergumulan mencengkeram pikiran kita, dan kelegaan tergantikan oleh kegelisahan, kita dapat menemukan pengharapan saat berdoa kepada Allah. Mungkin kita tidak segera terlelap seperti Sal dan Daud, tetapi “dengan tenteram [kita dapat] membaringkan diri . . . [dan] diam dengan aman” (Mzm. 4:9), sebab Allah beserta kita dan Dialah sumber peristirahatan kita.


     


    Oleh: Tom Felten


    Renungkan dan Doakan

    Hal apa saja yang membebani hati dan pikiran Anda? Apa yang akan terjadi bila Anda sungguh-sungguh menyerahkan beban tersebut kepada Allah di dalam doa?


    Ya Allah, terima kasih, karena Engkau menyediakan pengharapan dan damai sejahtera saat aku menaikkan doa-doaku kepada-Mu.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....


    WAWASAN

    Daud sang pemazmur bukanlah ayah teladan, tetapi ia sangat mengasihi anaknya yang pemberontak, Absalom—anak yang ingin merebut takhta kerajaan dan berusaha untuk membunuhnya. Rencana Absalom tersebut hampir berhasil. Daud sempat meninggalkan Yerusalem bersama seisi rumahnya, pegawai-pegawainya yang loyal, serta orang-orang yang setia kepadanya (2 Samuel 15:1–17:24).


    Banyak mazmur yang ditulis sebagai respons terhadap krisis pribadi atau nasional yang besar—bahkan sering kali keduanya. Gejolak dan ketidakpastian karena pemberontakan Absalom menginspirasi Mazmur 3. Banyak ahli meyakini bahwa Mazmur 4 juga ditulis pada masa yang sama, demikian juga Mazmur 63. Yang menarik, ketiganya menyebut soal tidur, “Aku membaringkan diri, lalu tidur” (3:6); “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur” (4:9); dan “Aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku; merenungkan Engkau sepanjang kawal malam” (63:7). Kesulitan-kesulitan Daud selalu membawanya kembali pada keteguhan imannya di dalam Allah, yang selalu memberikannya keteduhan. –Tim Gustafson


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 


    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB