Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air surgawi. –Ibrani 11:16
Baca: Ibrani 11:13-16
Lebih dari dua ratus juta orang dari berbagai kepercayaan melakukan ziarah setiap tahunnya. Dari zaman ke zaman, tugas seorang peziarah adalah melakukan perjalanan ke sebuah tempat suci untuk menerima berkat tertentu. Tujuan perjalanan mereka adalah sebuah kuil, katedral, tempat suci, atau suatu lokasi, tempat berkat itu dapat diterima.
Namun, umat Kristen dari suku Celtic di Inggris memandang ziarah dengan cara berbeda. Mereka berangkat tanpa tujuan ke tengah alam bebas atau membiarkan perahu mereka hanyut ke mana pun laut membawa mereka. Bagi mereka, ziarah berarti mempercayai Allah di wilayah yang asing sama sekali. Berkat tidaklah ditemukan di tempat tujuan, melainkan di sepanjang perjalanan.
Ibrani 11 merupakan bagian Alkitab yang sangat penting bagi suku Celtic. Karena hidup bagi Kristus berarti meninggalkan cara-cara dunia dan berjalan menuju kota Allah bagaikan orang asing (ay. 13-16), ziarah menjadi cerminan perjalanan hidup mereka. Dengan mempercayai bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan mereka di sepanjang jalan yang sulit dan belum pernah dilalui, para peziarah mengalami pertumbuhan iman, seperti yang dialami oleh para pahlawan iman di masa lalu (ay. 1-12).
Inilah pelajaran yang dapat kita petik, entah kita menempuh perjalanan jasmani atau rohani: bagi mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus, kehidupan adalah sebuah ziarah menuju ke negeri surgawi milik Allah, suatu perjalanan yang penuh dengan hutan gelap, jalan buntu, dan beragam cobaan. Meski demikian, janganlah kita melewatkan berkat Allah yang menyediakan kebutuhan kita di sepanjang jalan.
Oleh: Sheridan Voysey
Renungkan dan Doakan
Hari ini, bagaimana Anda dapat membuka diri untuk menerima berkat-berkat yang Allah sediakan di sepanjang jalan hidup Anda? Bagaimana Anda dapat mengingatkan diri sendiri bahwa dunia yang ada saat ini bukanlah kediaman Anda yang sesungguhnya?
Ya Allah, terima kasih, karena Engkau telah menunjukkan bahwa cobaan hidup merupakan kesempatan bagiku untuk menumbuhkan iman yang lebih teguh kepada-Mu.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Kisah Alkitab mencatat kisah demi kisah tentang penantian—baik oleh perorangan, sebuah bangsa, ataupun jemaat mula-mula. Nuh menantikan turunnya hujan dan surutnya banjir; Abraham dan Sara menantikan seorang putra; Yusuf menantikan momen untuk bertemu kembali dengan keluarganya; bangsa Israel menantikan waktunya dibebaskan dari perbudakan, masuk ke tanah perjanjian, dilepaskan dari pembuangan, serta kedatangan Mesias untuk menyelamatkan mereka. Pasal iman di Ibrani 11 mencantumkan banyak pribadi di sepanjang sejarah Alkitab yang menanti dengan iman, tetapi yang “tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya” (ay. 13). Saat ini kita menantikan Kristus kembali untuk mengakhiri segala kepedihan, rasa sakit, dan kematian. Kita merindukan surga, suatu “tanah air yang lebih baik” (ay. 16). Penulis Kitab Ibrani memberi tahu kita untuk “teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia” (10:23). –Alyson Kieda
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar