• Saat Merasa Terkuras 2024-10-18

    Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku. –1 Raja-raja 19:4

    Baca: 1 Raja-raja 19:1-8

    Dalam The Fellowship of the Rings karya J.R.R. Tolkien, Bilbo Baggins mulai menunjukkan dampak buruk dari 60 tahun membawa cincin sakti yang mengandung kuasa gelap. Cincin yang perlahan-lahan meracuninya itu semakin menguras kekuatannya. Ia berkata kepada Gandalf sang penyihir, “Aku merasa sangat lemah, seperti terkuras habis: bagaikan mentega yang dioleskan rata di atas roti.” Ia memutuskan untuk meninggalkan rumahnya dan mencari tempat peristirahatan, di suatu tempat yang “tenang dan damai, supaya tidak terlalu banyak kerabat yang mengintai.”

    Potongan cerita Tolkien ini mengingatkan saya pada pengalaman seorang nabi di Perjanjian Lama. Dalam pelariannya dari Izebel dan kelelahan setelah bertarung melawan nabi-nabi palsu, Elia sangat membutuhkan istirahat. Dalam keadaan sangat terkuras, ia meminta Allah untuk membiarkannya mati, katanya, “Cukuplah itu!” (1 Raj. 19:4). Sesudah ia tertidur, malaikat Allah membangunkannya agar ia dapat makan dan minum. Ia kembali tidur, lalu menyantap lebih banyak makanan yang disediakan malaikat tadi. Setelah disegarkan, ia mempunyai cukup energi untuk berjalan selama 40 hari ke gunung Allah.

    Saat merasa terkuras, kita juga dapat berharap kepada Allah untuk mendapatkan penyegaran yang sejati. Kita mungkin perlu merawat tubuh kita sambil memohon juga agar Dia memenuhi hati kita dengan pengharapan, damai sejahtera, dan kelegaan-Nya. Seperti malaikat diutus untuk merawat Elia, kita dapat meyakini bahwa Allah akan memberikan kelegaan kepada kita lewat kehadiran-Nya (lihat Mat. 11:28).

    Oleh: Amy Boucher Pye

    Renungkan dan Doakan

    Saat Anda merasa lelah dan terkuras, godaan apa yang menghampiri Anda? Bagaimana Anda dapat mempercayai Allah, ketika Anda merasa berbeban berat dan kewalahan?

    Allah Sumber kekuatan kami, aku berharap kepada-Mu untuk menerima kelegaan yang sejati. Tolonglah aku untuk senantiasa berharap kepada-Mu, dan penuhilah aku dengan kehadiran-Mu.

    Amin...

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...

    WAWASAN

    Permohonan Elia agar Allah mengambil nyawanya (1 Raja-Raja 19:4) dapat memberi kita wawasan tentang kondisinya. Keinginannya untuk mati bukan hanya karena ia takut akan ancaman mematikan Izebel, tetapi juga karena merasa “tidak lebih baik dari pada nenek moyang[nya]” (ay. 4). Mungkin saja depresinya berakar pada kenyataan bahwa meski ia telah mempercayai Allah untuk melakukan mukjizat—ketika Dia menyambar habis korban bakaran (18:38-39)—dan menyaksikan kuasa-Nya dalam menurunkan hujan (ay. 41-46), ia langsung melarikan diri karena takut kepada Izebel. Mungkin ia merasa imannya sendiri, seperti iman nenek moyangnya, ternyata lemah dan tidak teguh. Mungkin pula ia berkecil hati karena merasa gagal melepaskan Israel dari penyembahan Baal dan berhala. –J.R. Hudberg

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 

    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB