• Urusan Orang Lain 2024 - 11 - 07

    Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. –Filipi 4:2

    Empat cucu kami asyik dengan permainan miniatur kereta api mereka, ketika dua yang termuda mulai berselisih tentang mesin kereta itu. Cucu kami yang berumur delapan tahun mencoba menjadi penengah, tetapi adik perempuan yang berusia enam tahun menegurnya, “Jangan ikut campur, kak.” Nasihat bijak yang sering kali perlu kita dengarkan juga. Namun, ketika pertengkaran kedua cucu saya itu berubah jadi tangisan, saya merasa perlu melerai dan menenangkan mereka.

    Ada baiknya untuk tidak mencampuri urusan orang lain jika itu justru memperburuk keadaan. Namun, terkadang kita perlu melibatkan diri dengan bijaksana. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus memberi contoh yang baik kapan hal tersebut perlu dilakukan. Ia mendesak dua wanita bernama Euodia dan Sintikhe “supaya sehati dan sepikir dalam Tuhan” (4:2). Tampaknya, perselisihan di antara mereka sangat pelik sehingga sang rasul merasa harus turun tangan (ay. 3) sekalipun saat itu ia sedang berada dalam penjara (1:7).

    Paulus tahu bahwa pertengkaran kedua wanita tersebut menyebabkan perpecahan dan mengalihkan perhatian jemaat dari Injil. Maka, dengan lemah lembut, Paulus menyampaikan kebenaran sambil mengingatkan mereka bahwa nama mereka “tercantum dalam kitab kehidupan” (4:3). Paulus ingin agar kedua wanita tersebut dan setiap anggota gereja hidup sebagai umat Allah dalam perkataan dan perbuatan mereka (ay. 4-9).

    Saat Anda tidak yakin apakah Anda perlu turun tangan, berdoalah sambil meyakini bahwa “Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu” (ay. 9; lihat ay. 7).

    Oleh: Alyson Kieda

    Renungkan dan Doakan
    Kapan Anda terakhir turun tangan untuk menengahi perdebatan atau perselisihan, dan bagaimana hasilnya? Bagaimana memohon tuntunan Allah mempengaruhi cara Anda menangani konflik?

    Ya Allah, berilah aku hikmat untuk mengetahui kapan harus melibatkan diri di tengah konflik, dan mampukanlah aku mengucapkan perkataan yang dapat membawa pemulihan dan kesatuan.
    Amin....
    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....

    WAWASAN
    Memilih untuk melibatkan diri dalam urusan orang lain merupakan masalah yang pelik. Paulus berkata bahwa “Euodia . . . dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan,” dan ia meminta “temanku yang setia” untuk membantu mereka (Filipi 4:2-3). Dalam 1 Tesalonika 5, sang rasul memberikan beberapa petunjuk praktis tentang topik ini, dan termasuk di dalamnya kata-kata penting ini: “Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. . . . tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang” (ay. 13-14). Keinginan untuk hidup damai dengan orang lain tidak berarti kita menghindari keterlibatan dalam kehidupan mereka. Kata kerja yang digunakan Paulus bernada tegas—tegorlah, hiburlah, belalah, sabarlah. Semua itu menyiratkan bahwa terkadang kita perlu mengingatkan orang lain tentang kebenaran Alkitab. Kita membutuhkan hikmat, kepekaan, dan ketergantungan yang besar kepada Roh Kudus untuk menerapkan nasihat yang baik ini.

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 

    Our Daily Bread
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB