• Mencari Kebenaran 2025-01-13

    Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. –Yakobus 1:19

    Baca: Yakobus 1:19-27

    Mengapa orang cenderung bersikeras bahwa mereka benar—bahkan saat jelas-jelas mereka salah? Penulis Julia Galef menyatakan bahwa ini berkaitan dengan “pola pikir tentara”—kita berfokus membela apa yang telah kita yakini terhadap apa yang kita anggap sebagai ancaman. Galef berpendapat bahwa yang lebih berguna adalah pola pikir pramuka, yang tidak hanya berfokus untuk mengenyahkan ancaman, tetapi berusaha mencari seluruh kebenaran. Pola pikir tersebut ingin memahami “apa yang terjadi dengan sejujur dan seakurat mungkin, meski itu mungkin tidak indah, nyaman, atau menyenangkan.” Orang dengan cara pandang demikian memiliki kerendahan hati untuk terus bertumbuh dalam pemahamannya.

    Wawasan yang disajikan Galef itu mengingatkan kita pada ucapan Yakobus yang mendorong orang percaya agar memiliki pola pikir serupa—yang meminta mereka “cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan lambat untuk marah” (Yak. 1:19). Alih-alih bereaksi spontan terhadap orang lain, orang percaya perlu mengingat bahwa amarah manusia tidak menjadikan kita benar di hadapan Allah (ay. 20). Bertumbuh semakin bijaksana dalam sikap tersebut hanya mungkin terjadi apabila kita rela merendahkan diri dan berserah kepada kasih karunia Allah (ay. 21; lihat Tit. 2:11-14).

    Saat kita ingat bahwa dalam setiap momen hidup ini, kita perlu bergantung pada kasih karunia Allah—bukan pada diri sendiri—maka kita akan sanggup terlepas dari keinginan untuk selalu merasa benar. Selain itu, kita dapat bergantung pada tuntunan Allah untuk memampukan kita menjalani hidup yang benar dan memiliki kepedulian kepada sesama (Yak. 1:25-27).

    Oleh: Monica La Rose

    Renungkan dan Doakan

    Siapa yang pernah Anda lihat memiliki jiwa yang rela merendahkan diri untuk belajar dan berubah? Bagaimana Anda dapat mengembangkan keinginan untuk belajar dari orang lain?

    Ya Allah, tolonglah aku untuk lepas dari keinginan untuk selalu merasa benar, dan sebaliknya, untuk semakin rindu belajar dan berubah di bawah tuntunan-Mu.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...

    WAWASAN

    Ketika Yakobus memperingatkan agar orang percaya “lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah” (Yakobus 1:19-20), konteks penulisannya menolong kita mengerti bahwa yang ia maksud adalah kemarahan yang membabi-buta. Alih-alih lekas mencaci-maki seseorang, orang percaya haruslah “cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata” (ay. 19). Ledakan kemarahan “tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah” (ay. 20). Mustahil kita dapat mengikuti standar Allah apabila sikap kita sering dikendalikan oleh kemarahan. Sebaliknya, kita perlu merendahkan diri dengan bergantung kepada-Nya dan mengikuti standar-Nya, agar kita dapat dipakai oleh-Nya (ay. 21,25). Lebih dari itu, Yakobus bahkan berkata bahwa “jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya” (ay. 26). –Monica La Rose

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 

    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB