Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur. –Kidung Agung 2:15
Baca: Kidung Agung 2:8-15
Nenek saya pernah mengatakan ungkapan ini: “Rubah-rubah kecil itulah yang merusak pohon anggur”. Kemudian ibu saya juga mengulang ungkapan yang sama. Lalu sekarang, sayalah yang mengatakannya kepada anak-anak saya. Namun, apakah sebenarnya arti mewaspadai “rubah-rubah kecil”?
Setelah ditanam, pohon-pohon anggur membutuhkan waktu beberapa tahun untuk berbuah. Pohon anggur memerlukan banyak kesabaran, perhatian, penyiraman, pemangkasan, dan perlindungan. Sementara itu, meski kecil, rubah-rubah dapat membawa kerusakan fatal dengan merusak akar, memakan buah anggur, atau mengunyah tangkainya.
Melalui kisah cinta puitis dalam Kitab Kidung Agung, Salomo mengingatkan pembacanya, “Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur” (2:15). Beberapa penafsir meyakini bahwa yang dimaksud di sini adalah beragam masalah atau kebiasaan yang tampaknya sepele, tetapi berpotensi menjadi ancaman bagi relasi pemuda-pemudi itu jika dibiarkan.
Demikian juga dalam perjalanan iman kita, hal-hal kecil seperti kepahitan (Ibr. 12:15), “perkataan kotor” (Ef. 4:29), atau bahkan pengaruh orang lain yang merusak diri kita (1 Kor. 15:33) dapat menyelinap ke dalam kehidupan kita tanpa disadari.
Nenek saya memahami bahwa hal-hal kecil dapat menimbulkan kerusakan hebat, dan hikmat beliau masih membawa pengaruh sampai ke cucu-cucunya. Ketika kita mengambil waktu untuk berdoa dan membaca Kitab Suci, Roh Allah akan menolong kita untuk “menangkap rubah-rubah kecil”—yakni berbagai cobaan atau kebiasaan yang bisa merusak relasi kita dengan sesama dan perjalanan iman kita bersama Kristus.
Oleh: Brent Hackett
Renungkan dan Doakan
Apa hal-hal kecil yang perlu Anda singkirkan, sebelum hal itu membawa kerusakan? Bagaimana cara Anda memperingatkan orang lain tentang “rubah-rubah kecil” mereka?
Ya Bapa, tolonglah aku untuk mewaspadai dan mengatasi hal-hal kecil yang dapat membawa kerusakan fatal.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
1 Raja-Raja 4:32 mengisahkan bahwa Raja Salomo menulis “seribu lima” nyanyian atau kidung. Ayat pertama dari Kitab Kidung Agung menyatakan bahwa kitab ini ditulis oleh Salomo sendiri (1:1). Kitab yang juga dikenal sebagai Kidung Salomo ini sangat berbeda dengan kedua kitab hikmat lain yang ditulis Salomo (Amsal dan Pengkhotbah). Isinya bukanlah sekumpulan amsal, melainkan syair cinta. Salomo sangat memuja cinta romantis, dan gaya puisinya begitu bergairah sehingga bisa membuat orang tersipu-sipu membacanya (misalnya saat membaca pasal 7). Mungkin karena gaya penulisan yang blak-blakan itu, sejumlah pemimpin gereja mula-mula menafsirkan kidung tersebut secara alegoris (bahkan hingga saat ini). Mereka melihat kitab ini sebagai gambaran kasih Allah kepada gereja-Nya. Penafsiran itu memang dimungkinkan, tetapi kitab ini jelas-jelas membahas tentang cinta seksual. Perlu diingat bahwa Kidung Agung memperlihatkan seks yang sesuai dengan rancangan Allah, yakni di dalam pernikahan antara seorang lelaki dan seorang perempuan. Ketika kita hidup sesuai rancangan Allah, kita juga dapat menangkap “rubah-rubah yang kecil” (2:15) yang berpotensi menghancurkan diri kita maupun orang lain. –Tim Gustafson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar