Lidah lembut adalah pohon kehidupan. –Amsal 15:4
Baca: Amsal 15:1-4, 23-28
Saat masih muda, jurnalis Sebastian Junger menjelajahi Amerika Serikat dan menulis tentang pengalamannya di sana. Pada suatu hari di tahun 1980-an, ia memasuki sebuah toilet di kawasan Florida Keys dan menemukan dindingnya dipenuhi coretan bernada kebencian—sebagian besar coretan itu ditujukan kepada para imigran Kuba. Namun, ada satu pesan lain yang mencolok dari seseorang yang tampaknya berasal dari Kuba, yang berbunyi, “Puji Tuhan, sebagian besar orang yang kutemui di negara ini begitu hangat, peduli, dan menerimaku di tahun 1962.” Junger lalu mencatat, “Hal-hal terburuk dan terbaik tentang Amerika hadir berdampingan di dinding toilet pria itu.”
Bagaimana seharusnya kita menanggapi pesan-pesan beracun yang kerap muncul di sekitar kita? Kitab Amsal memberikan nasihat yang bijak. Salomo, yang menulis sebagian besar isi kitab ini, membingkai pasal 15 dengan gambaran tentang kerusakan yang serupa: “mulut orang bebal mencurahkan kebodohan” (ay. 2), dan “mulut orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat” (ay. 28). Namun, pasal ini dimulai dengan penawarnya: “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman” (ay. 1). Salomo juga menyatakan, “Lidah lembut adalah pohon kehidupan” (ay. 4). Tanggapan yang sabar selalu menjadi kunci: “Orang yang benar berpikir dahulu sebelum berkata-kata” (ay. 28 FAYH).
Bagaimana Allah dapat menggunakan kata-kata kita saat kita memohon kepada-Nya agar menolong kita memikirkannya terlebih dahulu—sebelum mulut, pena, atau jari kita menumpahkan kata-kata yang berbisa dan penuh kebencian kepada sesama? Ingatlah perkataan dari amsal ini: “Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!” (ay. 23).
Oleh: Tim Gustafson
Renungkan dan Doakan
Apa reaksi Anda, ketika melihat atau mendengar ucapan atau tulisan yang bernada kebencian? Bagaimana Anda dapat memberikan respons yang benar saat menghadapinya?
Ya Bapa, betapa sering aku tergoda untuk segera menjawab dalam kemarahan. Biarlah Roh-Mu menuntunku, dan tolonglah aku untuk memikirkan dahulu jawaban yang bijak sebelum aku berbicara.
Amin
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu
WAWASAN
Amsal 15 menegaskan bahwa ketegangan antarmanusia tidak selalu timbul karena perbedaan yang tak terjembatani. Meski konflik adalah bagian tak terhindarkan dari relasi manusia, hal itu bisa merugikan ketika kata-kata terlontar tanpa kendali—tidak disampaikan dengan lemah lembut dan tanpa mempertimbangkan kebaikan orang lain.
Ayat 1 dan 18 menyoroti dua pendekatan yang sangat berbeda: satu memperburuk keadaan, yang lain membawa pemulihan. Ayat 1 menyatakan, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” Istilah “lemah lembut” di sini mencerminkan kelembutan yang bertujuan membawa penghiburan. Ayat 18 melanjutkan kontras ini dengan menggambarkan dua jenis pribadi: “si pemarah” yang "membangkitkan pertengkaran,” dan “orang yang sabar” yang "memadamkan perbantahan.” Kata-kata kita dapat dipakai untuk membawa kebaikan ketika kita meminta pertolongan Allah untuk memikirkannya baik-baik sebelum diucapkan. –Monica La Rose
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread

Tidak ada komentar:
Posting Komentar