Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib. –Mazmur 9:2
Baca: Mazmur 9:2-13
“Papa, bisa tolong ambilkan air minum?” pinta putri bungsu saya. “Ini ya,” jawab saya, sambil menyodorkan secangkir penuh. Ia menerimanya tanpa sepatah kata pun. Tak lama kemudian, putri sulung saya meminta hal yang sama—dan reaksinya sama: diam. Dengan nada kesal, akhirnya saya berkata, “Mengapa tidak ada yang mengucapkan terima kasih? Apa susahnya?”
Adakalanya Allah sengaja memilih untuk bekerja melalui frustrasi yang saya rasakan. Tiba-tiba saja, Roh Kudus menegur saya dengan lembut: Benar juga, Adam . . . apa susahnya mengucapkan terima kasih? Saya tertegun. Ternyata, kekurangan rasa syukur tak hanya dialami anak-anak saya, tetapi juga dialami oleh saya sendiri.
Saya tidak tahu mengapa mengucapkan terima kasih terasa sulit, dan sepertinya sudah menjadi bagian dari natur manusia. Namun, dalam Kitab Mazmur, kita menemukan teladan untuk mengembangkan sikap bersyukur. Daud dan para pemazmur kerap memuji Allah di tengah berbagai pencobaan. Namun, sebelum mereka bersyukur, sering terucap dua kata ini: “Aku mau . . .”
Di Mazmur 9:2, Daud memutuskan untuk mengucap syukur, “Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.” Kita cenderung menganggap rasa syukur lebih sebagai perasaan, tetapi Daud mengingatkan bahwa rasa syukur juga merupakan pilihan.
Ketika kita, seperti Daud, memilih untuk mengembangkan kebiasaan bersyukur, kita akan semakin mampu mengenali dan menghargai kebaikan Allah dalam setiap aspek kehidupan ini.
Oleh: Adam R. Holz
Renungkan dan Doakan
Bagaimana kita dapat mengembangkan kebiasaan bersyukur? Hal apa saja yang dapat Anda syukuri?
Bapa, terima kasih untuk setiap berkat yang telah Engkau berikan kepadaku. Tolonglah aku hari ini agar memilih untuk mensyukuri banyaknya berkat-Mu.
Amin
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu
WAWASAN
Mazmur 9 dan 10 ditulis dalam bahasa Ibrani (bahasa asli Perjanjian Lama) dengan gaya puisi akrostik. Setiap bait atau poin penting dimulai dengan huruf-huruf alfabet Ibrani secara berurutan. Septuaginta—terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani kuno—bahkan menggabungkan kedua mazmur ini menjadi satu lagu yang utuh dan mengalir dari awal hingga akhir.
Lagu dan puisi akrostik memiliki peran penting dalam masyarakat Israel kuno. Karena dimulai dengan urutan abjad, bentuk ini memudahkan penghafalan. Kedua mazmur yang bertemakan syukur dan pertolongan memang dirancang agar mudah diingat oleh para pendengarnya. Alhasil, pendengar atau pembaca dapat langsung mengingat pesan lagunya. Dengan melafalkan kata-kata Daud, mereka terus-menerus diingatkan pada pentingnya menjalani hidup yang penuh syukur dan bergantung pada Allah.
Hari ini, saat kita merenungkan isi Kitab Suci, kiranya kita juga dapat mengembangkan sikap hati yang penuh syukur. –Jed Ostoich
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread

Tidak ada komentar:
Posting Komentar