Aku menulis kepada kamu . . . supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua. –2 Korintus 2:4
Baca: 2 Korintus 2:1-8
Hippokrates (±460–375 SM) memisahkan ilmu kedokteran dari takhayul, dan menjadikannya sebagai disiplin yang ilmiah dan dapat diteliti. Namun, ia tetap menekankan sisi manusiawi dalam pengobatan. Ia berkata, “Jauh lebih penting mengetahui orang seperti apa yang menderita penyakit itu, daripada penyakit apa yang diderita orang itu.”
Rasul Paulus menunjukkan kepeduliannya terhadap suatu jemaat yang bergumul dengan berbagai masalah. Namun, ia dapat memahami sisi manusiawi dari setiap anggota jemaat itu—termasuk seorang laki-laki yang terikat pada dosa yang “tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah” (1 Kor. 5:1). Paulus menghadapi “penyakit” itu dengan ketegasan, dan orang itu pun bertobat. Dalam surat berikutnya kepada jemaat di Korintus, Paulus memberikan arahan yang meneguhkan hati. Ia menyadari dosa orang tadi telah mempengaruhi banyak anggota jemaat: “menyebabkan kesedihan . . . hati kamu sekalian” (2 Kor. 2:5). Namun, karena orang itu telah berbalik dari dosanya, Paulus mendorong jemaat, “[Tunjukkan] kembali kepadanya bahwa kalian benar-benar mengasihinya” (ay. 8 BIMK).
Motivasi Paulus jelas: “Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.” (ay. 4). Ia mengenal dan mengasihi mereka semua.
Dosa mempengaruhi kita semua. Di balik setiap dosa, ada seorang manusia yang bergumul. Saat kita disakiti, pemulihan mungkin terasa mustahil. Namun, justru itulah yang Allah rindukan dari kita. Kenalilah pribadi di baliknya. Lalu, dengan kuasa Kristus, kasihi mereka kembali.
Oleh: Tim Gustafson
Renungkan dan Doakan
Bagaimana Rasul Paulus menangani persoalan dosa dalam jemaat Korintus? Bagaimana tindakan mengasihi seseorang yang berdosa itu tidak sama dengan membenarkan perbuatannya?
Bapa, tolonglah aku melihat sesamaku, seperti Engkau melihat mereka. Terima kasih untuk pengampunan dosa yang Kau limpahkan kepadaku.
Amin
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu
WAWASAN
Kitab Roma menyatakan bahwa kita semua telah gagal memenuhi standar kekudusan Allah: “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Namun, kasih Yesus kepada kita begitu besar sehingga Dia rela mati bagi kita dan mengampuni dengan cuma-cuma setiap orang yang datang kepada-Nya dalam penyesalan atas dosa-dosanya (Yohanes 3:16; 1 Yohanes 1:9). Karena itu, orang percaya juga berjuang untuk mengampuni orang lain (Matius 6:14; Efesus 4:32).
Paulus berkata dalam Kitab Kolose, “Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (Kolose 3:12-13).
Memang, ketika kita dilukai, mengampuni bisa terasa sangat berat. Namun, saat kita berseru kepada Allah, Dia akan menolong kita untuk melakukan hal yang benar dan perlu. –Alyson Kieda
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread

Tidak ada komentar:
Posting Komentar