Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang. –Yohanes 9:4
Baca: Yohanes 9:1-12
Seorang pengusaha sukses memutuskan untuk membagi-bagikan hartanya dalam beberapa dekade terakhir hidupnya. Sebagai seorang miliuner, ia mendonasikan uang kepada berbagai gerakan sosial, seperti usaha menciptakan perdamaian di Irlandia Utara dan upaya modernisasi sistem perawatan kesehatan di Vietnam. Tak lama sebelum meninggal dunia, ia mendonasikan 350 juta dolar untuk menjadikan Pulau Roosevelt di kota New York sebagai pusat pengembangan teknologi. Beliau berkata, “Saya percaya kita harus memberi selagi masih hidup. Tidak ada alasan untuk menunda-nunda dalam memberi . . . Lagi pula, lebih bahagia memberi selagi masih hidup daripada setelah meninggal.” Memberi selagi masih hidup adalah sikap yang luar biasa.
Dalam tulisan Yohanes tentang orang yang buta sejak lahir, murid-murid Yesus mencoba menentukan “siapakah yang berbuat dosa” (Yoh. 9:2). Yesus menjawab persoalan itu dengan berkata, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang” (ay. 3-4). Meskipun pekerjaan kita sangat berbeda dari karya mukjizat yang diadakan Tuhan Yesus, bagaimana pun cara kita mempersembahkan diri, kita perlu melakukannya dengan sikap yang siap memberi dan penuh kasih. Baik berupa waktu, kekayaan, maupun tindakan, tujuan kita memberi adalah agar pekerjaan Allah dapat dinyatakan.
Allah memberi karena begitu besar kasih-Nya akan dunia ini. Sebagai balasannya, marilah kita memberi selagi kita masih hidup.
Oleh: John Blase
Renungkan dan Doakan
Pemberian apakah yang selama ini masih Anda tunda-tunda? Bagi Anda, apa artinya memberi selagi masih hidup?
Allah Maha Pemurah, tunjukkanlah kepadaku di mana saja aku dapat memberi pada hari ini.
Amin....
Selamat pagi selamat beraktifitas tetap semangat, Gbu
WAWASAN
Kita dapat merasakan pertentangan besar dalam Yohanes 9. Hampir semua pemimpin agama berupaya menolak Yesus. Dia tidak seperti Mesias yang mereka harapkan. Namun, orang yang buta sejak lahir sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Para pemimpin agama berdebat keras mengenai seluk-beluk Hukum Taurat. Mereka berkata, "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat" (ay. 16). Sebaliknya, orang yang matanya dicelikkan itu mengerti bahwa Pribadi yang menyembuhkannya pasti berasal dari Allah (ay. 30-33). Tak lama kemudian ia berkata kepada Yesus, "Aku percaya, Tuhan!" (ay. 38). –Tim Gustafson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar