Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, “Di manakah engkau?” –Kejadian 3:9
Baca: Kejadian 3:1-10
Saya memejamkan mata dan mulai menghitung keras-keras. Teman-teman saya di kelas tiga SD itu bergegas keluar untuk mencari tempat persembunyian. Setelah lama mencari di setiap lemari, peti, dan ruangan, saya belum juga menemukan mereka. Rasanya konyol sekali saat akhirnya ada yang melompat dari balik pot tanaman pakis yang menggantung pada langit-langit. Padahal hanya kepalanya saja yang tertutup pakis, sementara tubuhnya terlihat jelas selama ini!
Karena Allah Mahatahu, ketika Adam dan Hawa “bersembunyi” (Kej. 3:8) dari hadapan-Nya di Taman Eden, mereka tetap saja terlihat jelas. Namun, mereka bukan sedang bermain petak umpet; saat itu mereka tiba-tiba sadar—dan merasa malu—akan kesalahan mereka, karena telah makan buah dari pohon yang sudah dilarang Allah.
Adam dan Hawa berpaling dari Allah dan ketetapan-Nya yang penuh kasih ketika mereka tidak menaati perintah-Nya. Namun, alih-alih marah dan menarik diri, Allah justru mencari mereka, dengan bertanya, “Di manakah engkau?” Ini bukan berarti Allah tidak tahu mereka di mana, melainkan Dia ingin menunjukkan belas kasihan-Nya yang penuh rahmat kepada mereka (ay. 9).
Saya tidak berhasil menemukan teman-teman saya yang bersembunyi, tetapi Allah selalu melihat dan mengenal kita—kita selalu terlihat jelas di mata-Nya. Sama seperti Dia mencari Adam dan Hawa, Tuhan Yesus mencari kita “ketika kita masih berdosa” dengan mati di kayu salib demi menunjukkan kasih-Nya kepada kita (Rm. 5:8). Kita tidak lagi perlu bersembunyi.
Oleh: Kirsten Holmberg
Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda mencoba “bersembunyi” dari Allah? Bagaimana Dia telah mencari Anda?
Allah Bapaku, terima kasih, Engkau menunjukkan kasih dan kepedulian-Mu kepadaku, meskipun aku telah berdosa kepada-Mu.
Amin.....
Selamat pagi selamat beraktifitas tetap semangat, Gbu
WAWASAN
Wahyu 12:9 dan 20:2 menyebut ular di Kejadian 3 sebagai “Iblis” (pemfitnah) atau “Satan” (musuh). Yesus menyebut Iblis sebagai “pendusta dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44). Paulus berkata bahwa “Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya” (2 Korintus 11:3). Adam dan Hawa dilarang makan hanya dari satu pohon—“pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” (Kejadian 2:16-17). Namun, Iblis memutarbalikkan larangan itu dengan menyebutkan “semua pohon dalam taman” (3:1). “Sekali-kali kamu tidak akan mati” (ay. 4) adalah tantangan Iblis yang terang-terangan terhadap Allah (2:17). Hawa mengubah perintah Allah yang jelas itu dengan menambahkan “Jangan kamu . . . raba buah itu” (3:3). –K.T. Sim
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar