Tuhan, berapa lama lagi? –Mazmur 6:4
Baca: Mazmur 6
Sudah sampai, belum?/ Belum./ Sudah sampai?/ Belum. Demikianlah “permainan” kami sepanjang perjalanan mudik pertama (dan pasti bukan yang terakhir) selama enam belas jam dari Colorado ke Arkansas saat anak-anak kami masih kecil. Dua anak terbesar kami terus-menerus “memainkannya”, dan kalau ada hadiah satu dolar untuk setiap kali mereka bertanya, saya pasti sudah kaya raya. Pertanyaan itu menjadi obsesi anak-anak saya, tetapi sebenarnya saya yang mengemudikan mobil juga terobsesi dengan pertanyaan, Sudah sampai, belum? Dan jawabannya, Belum, sebentar lagi.
Jujur saja, hampir semua orang dewasa melontarkan pertanyaan tersebut, meski mungkin dalam bentuk yang berbeda dan tidak mengucapkannya keras-keras. Namun, alasan kita menanyakannya tidaklah berbeda: kita lelah, dan mata kita “rabun karena sedih” (Mzm. 6:8 BIS). Kita “lesu . . . karena mengeluh” (ay. 7) tentang segala hal, mulai dari berita sehari-hari, kesulitan di tempat kerja, pergumulan kesehatan yang tak habis-habisnya, sampai masalah relasi, dan masih banyak lagi. Kita menjerit: “Apakah kita sudah sampai pada akhirnya? Berapa lama lagi, Tuhan, berapa lama lagi?”
Daud sang pemazmur mengenal dengan baik kelelahan semacam itu, dan dengan jujur menyampaikan pertanyaan penting itu kepada Allah. Seperti orangtua yang peduli, Allah mendengar seruan Daud dan dalam belas kasihan-Nya yang besar menerima doanya (ay. 10). Daud tidak malu untuk meminta. Demikian pula, Anda dan saya dapat menghampiri Bapa kita di surga dengan keberanian untuk jujur berseru, “Berapa lama lagi?” Jawaban-Nya bisa jadi, “Belum, anak-Ku, sebentar lagi. Percayalah kepada-Ku, karena Aku baik.”
Oleh: John Blase
Renungkan dan Doakan
Mengapa Anda letih lesu sekarang dan bertanya-tanya, "Berapa lama lagi, Tuhan?" Apa yang Anda ketahui tentang Allah, yang menunjukkan bahwa Dia dapat dipercaya?
Bapa di surga, beban dunia membuatku bertanya, “Berapa lama lagi?” Terima kasih karena Engkau menerima doa-doa seperti itu. Berilah aku kekuatan untuk bersandar kepada-Mu di sepanjang hidupku.
Amin......
Selamat pagi selamat beraktifitas tetap saja, Gbu.
WAWASAN
Mazmur 6:1 menyebut Daud sebagai penulisnya dan memberikan petunjuk untuk dimainkan “dengan permainan kecapi. Menurut lagu: Yang kedelapan”. Mazmur ini adalah mazmur pertama dari tujuh mazmur pertobatan (Mzm. 6, 32, 38, 51, 102, 130, 143), yang berisi pengakuan dosa sang penulis dan permohonannya untuk menerima pengampunan serta belas kasihan Allah. Daud menulis mazmur ini saat menderita sakit yang berkepanjangan (6:3-4). Ia mengakui penyakitnya adalah akibat dari dosa-dosa tertentu, dan Allah sedang menghajarnya (ay. 2). Kondisinya membuat musuh-musuhnya berani melancarkan serangan terhadapnya (ay. 8-9, 11). Merana karena kesedihan atas dosa-dosanya, Daud memohon pengampunan, berkat, dan pemulihan dalam pertobatan serta atas dasar belas kasihan Allah (ay. 3,5). Ia menutup doanya dengan keyakinan bahwa mereka yang sungguh-sungguh bertobat akan menerima belas kasihan Allah (ay. 10-11). –K.T. Sim
Mari memberikan dampak yang lebih berarti bagi sesama dan lingkungan
BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar