Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan. –Matius 3:17
Baca: Matius 3:13-17
Ayah teman saya meninggal dunia baru-baru ini. Beliau jatuh sakit, lalu kondisinya menurun dengan cepat, kemudian harus berpulang dalam hitungan hari. Hubungan teman saya dan ayahnya sangat dekat, dan masih banyak yang ingin ia lakukan bersama ayahnya. Banyak pertanyaan yang belum terjawab dan percakapan yang belum sempat diucapkan sebelum ayahnya tiada. Walaupun teman saya seorang konselor terlatih, yang paham benar jatuh bangun dalam masa dukacita dan sering menolong orang lain untuk menghadapi masa-masa sulit tersebut, ia tetap berkata, “Ada hari-hari ketika aku membutuhkan suara Ayah, yang mengingatkan aku akan kasihnya. Ucapannya sungguh berarti bagiku.”
Pembaptisan Yesus oleh Yohanes adalah titik penting dalam awal pelayanan-Nya di muka bumi. Walaupun semula Yohanes menolak melakukannya, Yesus meyakinkan Yohanes bahwa momen itu diperlukan supaya Dia dapat mengambil bagian dalam kemanusiaan kita: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15). Yohanes pun menuruti-Nya. Kemudian terdengarlah suara yang memproklamasikan identitas Yesus kepada Yohanes Pembaptis dan orang banyak di sekitarnya, dan suara itu pasti juga membuat Yesus sangat terharu. Itulah suara Bapa yang meyakinkan Sang Anak: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” (ay. 17).
Suara yang sama berbicara dalam hati orang percaya untuk meyakinkan kita akan kasih-Nya yang besar bagi kita (1 Yoh. 3:1).
Oleh: John Blase
Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda mendengar suara Bapa mengucapkan kata-kata yang menguatkan Anda? Bagaimana Anda dapat menjangkau orang lain hari ini dan memberi mereka penguatan yang serupa?
Ya Bapa, aku sangat bersyukur atas suara-Mu, yang meyakinkanku bahwa aku ini milik-Mu dan betapa besar kasih-Mu kepadaku.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.
WAWASAN
Kata-kata pertama Yesus di Matius diberikan sebagai tanggapan terhadap protes Yohanes Pembaptis yang menyatakan ketidaklayakannya untuk membaptis Yesus (Matius 3:13-14). Yesus menjawab, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (ay. 15). Apakah arti “menggenapkan seluruh kehendak Allah”? Hal itu dapat mengacu kepada kepatuhan kepada hukum Allah dan keselarasan dengan kehendak-Nya. Namun, itu juga dapat mengacu kepada kebenaran Allah, yaitu kebaikan, keadilan, dan kesetiaan-Nya.
Dalam perikop ini, “kehendak Allah” agaknya meliputi kedua arti tersebut. Baptisan Yesus dilakukan sebagai kepatuhan kepada kehendak Allah untuk menggenapi rencana dan janji-janji-Nya. Melalui baptisan-Nya, Yesus menanggung dosa Israel dan kebutuhan mereka untuk lahir kembali, sehingga gambaran Yesaya tentang Hamba Tuhan yang menderita pun tergenapi (Yesaya 42)—Dialah yang menebus umat Israel dengan menanggung dosa dan penderitaan mereka. Namun, pada momen ini, kehendak Allah yang setia diungkapkan dengan dahsyat, ketika janji-Nya untuk menebus Israel dan seluruh manusia mulai digenapi. –Monica La Rose
Mari memberikan dampak yang lebih berarti bagi sesama dan lingkungan
BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar