Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. –2 Korintus 6:14
Baca: Ezra 4:1-5, 24
Sebuah sekolah Kristen untuk anak-anak autis di India menerima donasi dalam jumlah besar dari sebuah perusahaan. Setelah memastikan tidak ada syarat-syarat yang mengikat pemberian itu, sekolah pun menerimanya. Namun, di kemudian hari, pihak perusahaan meminta untuk dilibatkan dalam kepengurusan sekolah. Direktur sekolah menolak mengkompromikan nilai-nilai Kristen yang dipegang sekolah tersebut, maka ia pun memutuskan untuk mengembalikan uang itu. Ia berkata, “Melakukan pekerjaan Allah dengan cara Allah jauh lebih penting.”
Ada banyak alasan untuk menolak bantuan, dan peristiwa tadi adalah salah satu contohnya. Kita melihat contoh lain di dalam Alkitab. Ketika bangsa Yahudi yang diasingkan kembali ke Yerusalem, Raja Koresh menugaskan mereka membangun kembali bait suci (Ezr. 3). Ketika tetangga mereka berkata, “Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu, karena kamipun berbakti kepada Allahmu sama seperti kamu” (4:2), para pemimpin Israel menolak. Mereka menyimpulkan, dengan menerima tawaran bantuan itu, integritas proyek pembangunan bait suci akan tercemar, karena penyembahan berhala yang dilakukan para tetangga itu bisa menyusup ke dalam komunitas Israel. Bangsa Israel membuat keputusan yang benar, karena kemudian para “tetangga” itu terus mencoba berbagai cara untuk menghambat pembangunan tersebut.
Dengan pertolongan Roh Kudus dan nasihat saudara-saudari seiman yang bijaksana, kita dapat mengembangkan kearifan. Kita juga bisa tegas menolak tawaran yang mungkin membahayakan iman, karena kita yakin Allah pasti mencukupkan pekerjaan-Nya yang dilakukan dengan cara-Nya.
Oleh: Poh Fang Chia
Renungkan dan Doakan
Apa saja bahaya yang mengancam, jika kita bergandeng tangan dengan pihak-pihak yang mungkin berbeda kepentingan dalam pekerjaan Allah? Bagaimana cara Anda untuk semakin mengembangkan kearifan?
Bapa terkasih, Engkau mengetahui kebutuhanku. Berikanlah kebijaksanaan kepadaku, agar aku tahu kapan saat yang tepat untuk bermitra dengan pihak lain.
Amin...
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.
WAWASAN
Kitab Ezra, Nehemia, dan Ester dianggap sebagai narasi “pasca-pembuangan” di Perjanjian Lama. Narasi-narasi yang sebelumnya terdapat dalam kumpulan kitab Raja-Raja dan Tawarikh menggambarkan kondisi yang menyebabkan bangsa Yehuda dihukum lewat pembuangan di Babel. Ezra, Nehemia, dan Ester kemudian melanjutkan kisah tersebut, dengan menggambarkan masa-masa setelah berakhirnya tujuh puluh tahun pembuangan Yehuda. Karenanya, ketiga kitab itu memberikan tiga gambaran berbeda dengan tiga prioritas yang berbeda. Tema Ezra adalah pembangunan kembali bait suci yang dihancurkan oleh Nebukadnezar ketika ia mengalahkan dan merampas Yerusalem. Fokus Nehemia adalah menegakkan kembali keamanan orang-orang buangan yang kembali dengan cara membangun ulang tembok-tembok kota Yerusalem. Kitab Ester memberikan gambaran mengenai apa yang terjadi di antara orang-orang Yahudi yang tetap tinggal dalam negeri pembuangan mereka. Setiap kitab menggambarkan situasi-situasi yang penuh dengan tantangan dan pergumulan. –Bill Crowder
BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar