Ah, kiranya perkataanku ditulis, dicatat dalam kitab, terpahat . . . pada gunung batu untuk selama-lamanya! –Ayub 19:23-24
Baca: Ayub 19:19-27
Setelah didiagnosis mengidap kanker otak langka yang tidak dapat disembuhkan, Caroline menemukan pengharapan dan tujuan baru melalui pelayanan yang unik: menjadi fotografer yang bekerja secara sukarela untuk memotret anak-anak yang sakit keras dan keluarga mereka. Melalui pelayanan ini, keluarga-keluarga dapat mengabadikan momen-momen berharga bersama anak mereka, baik momen kesedihan maupun “momen penuh kasih dan keindahan yang sering dianggap tidak hadir dalam situasi-situasi memilukan.” Ia mengamati bahwa “dalam momen-momen tersulit, keluarga-keluarga itu . . . memilih untuk mengasihi, walaupun dan justru karena ada pergumulan.”
Sungguh dahsyat dampak dari upaya mengabadikan kesedihan tersebut—baik kenyataannya yang memilukan maupun berbagai hal yang memampukan kita mengalami keindahan dan pengharapan di tengah semua kesulitan itu.
Sebagian besar Kitab Ayub bagaikan potret kesedihan yang dengan jujur merekam perjalanan Ayub melalui kehilangan yang memilukan (1:18-19). Setelah beberapa hari duduk bersama Ayub, teman-temannya tidak lagi tahan terhadap kesedihan Ayub, hingga akhirnya berusaha mengecilkan perasaan itu atau mencoba menjelaskan pengalaman Ayub sebagai penghakiman Allah. Ayub menolak itu semua dan bersikeras bahwa apa yang tengah dialaminya itu memiliki arti. Ia berharap agar kesaksian tentang pengalamannya dapat “terpahat . . . pada gunung batu untuk selama-lamanya!” (Ayb. 19:24).
Melalui Kitab Ayub, kesaksian itu memang “terpahat”, sehingga kita yang sedang bersedih atau berduka dapat dibawa kepada Allah yang hidup (ay. 26-27), yang menjumpai kita di tengah kepedihan dan memikul kita melewati kematian menuju hidup yang dibangkitkan.
Oleh: Monica La Rose
Renungkan dan Doakan
Bagaimana menghadapi kepedihan dengan jujur dapat mendatangkan pemulihan? Pernahkah Anda mengalami anugerah dan keindahan tak terduga, saat di tengah rasa duka?
Ya Allah yang penuh belas kasihan, mampukanlah aku untuk bersaksi dengan jujur kepada mereka yang sedang menderita, supaya aku dapat meneruskan pengharapan yang Engkau sediakan.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Siapakah Ayub? Kita dapat menangkap dari tulisan-tulisannya bahwa ia sering berpergian dan dapat berbicara menurut pengalaman serta pengetahuannya yang luas. Ia tahu banyak tentang konstelasi bintang (9:9; 38:31), tumbuh-tumbuhan (8:11-19), cuaca dan hujan, serta berbagai hewan (pasal 39–41) yang disebutkan dalam kitab tersebut.
Para ahli tidak dapat menunjuk kapan tepatnya kitab ini dituliskan. Namun, kitab Ayub memiliki latar belakang dunia para leluhur, sehingga beberapa pihak berpendapat bahwa penulisannya terjadi pada masa Abraham. Akan tetapi, kitab Ayub juga menyinggung (atau mengutip) Kitab Suci (Ayub 7:17-18 [Mazmur 8:5]; 12:21,24 [Mazmur 107:40]), yang menyiratkan bahwa sang penulis memiliki akses kepada tulisan-tulisan tersebut dan ini berarti penulisannya terjadi pada masa jauh setelah Abraham. Latar kitab tersebut adalah tanah Us, yang diperkirakan oleh para ahli sebagai Edom atau Aram/Suriah kuno (Ayub 1:1). Us berada di dekat padang gurun (ay. 19) dan tanahnya cocok untuk memelihara ternak (ay. 3). –Alyson Kieda
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar