Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan. –Kolose 3:23
Baca: Kolose 3:22-25
Saat hendak menulis artikel untuk sebuah majalah yang “bergengsi”, saya bergumul untuk menyajikan artikel terbaik yang dapat diterima oleh redaksinya. Karena tekanan untuk memenuhi standar yang ada, berkali-kali saya menulis ulang isi pikiran dan gagasan saya. Namun, apa masalah saya sebenarnya? Apakah memang soal topik yang menantang? Ataukah kecemasan saya bersifat pribadi? Saya bertanya-tanya dalam hati, akankah redaksi majalah bergengsi itu menyukai saya dan bukan hanya tulisan saya?
Untuk menjawab kecemasan kita mengenai pekerjaan, Paulus memberikan perintah yang dapat dipercaya. Dalam surat kepada jemaat di Kolose, ia mendorong orang percaya untuk tidak bekerja demi diakui orang, melainkan demi Allah saja. Sang rasul berkata, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya” (Kol. 3:23-24).
Perkataan Paulus yang bijaksana itu mengajarkan kita agar berhenti berjuang untuk dipandang baik oleh atasan duniawi kita. Tentu saja, kita menghargai mereka sebagai sesama manusia dan berusaha memberikan yang terbaik bagi mereka. Namun, jika kita bekerja “seperti untuk Tuhan”—dengan meminta-Nya untuk memimpin dan mengurapi pekerjaan kita bagi-Nya—Dia akan memberkati usaha kita. Lalu, apa upah kita? Tekanan pekerjaan kita dapat menjadi ringan dan tugas-tugas kita bisa dituntaskan. Lebih dari itu, suatu hari nanti kita akan mendengar Dia berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu!”
Oleh: Patricia Raybon
Renungkan dan Doakan
Dalam bekerja, tekanan apa yang Anda rasakan, untuk menyenangkan orang lain atau diri Anda sendiri? Dalam hal apa saja pekerjaan Anda menjadi lebih baik, ketika Anda melakukannya “seperti untuk Tuhan”?
Bapa Surgawi, dalam menghadapi tekanan pekerjaan, gampang sekali aku lupa bahwa aku bekerja bagi-Mu. Arahkanlah kembali hati dan pikiranku, supaya aku mendahulukan Engkau dalam segala hal yang kulakukan.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Perintah Paulus kepada para hamba dan tuan (Kolose 3:22–4:1) masuk dalam bagian aturan untuk rumah tangga Kristen, yang juga memasukkan hubungan antara suami-istri dan anak-anak dengan orangtua (3:18–4:1). Banyak orang bertanya mengapa Paulus tidak mengecam praktik perbudakan. Penting untuk diperhatikan bahwa meski Paulus tidak mengecam perbudakan, ia juga tidak membenarkannya (3:23-25). Perbudakan diciptakan oleh manusia dan tidak menjadi bagian kehendak Allah bagi makhluk ciptaan-Nya. Fakta bahwa Paulus memberi perintah masing-masing kepada para hamba dan tuan menunjukkan pentingnya hal tersebut dan menyiratkan adanya kesetaraan setiap anggota jemaat di hadapan Allah. Pada zaman Paulus, peradaban Romawi sarat dengan perbudakan; diperkirakan bahwa pada suatu waktu sepertiga dari penduduk Romawi adalah budak. Orang bisa menjadi budak karena kalah perang, berstatus narapidana, gagal membayar utang, mengalami penculikan, atau cara-cara lain. William Hendriksen menyatakan, “[Paulus] menerima struktur sosial sebagaimana adanya dan berusaha keras membalikkan struktur itu dengan cara damai.” –Alyson Kieda
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Biro Infokom HKI/ Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar