Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air. –Yeremia 17:8
Baca: Yeremia 17:5-8
“Angin mempermainkan bunga-bunga lilac.” Dengan kalimat pembuka dari puisi tentang musim semi berjudul May itu, penyair Sara Teasdale menggambarkan semak-semak lilac yang bergoyang ditiup angin. Namun, sebenarnya Teasdale sedang meratapi cintanya yang telah berlalu, sehingga nada puisinya pun berubah muram.
Tanaman lilac di pekarangan rumah kami juga pernah menghadapi tantangan. Setelah tumbuh rimbun dan cantik, lilac-lilac kami ternyata dibabat habis oleh tukang kebun. Saya menangis. Namun, tiga tahun kemudian—setelah semaknya meranggas, berjamur, dan tak kunjung saya siangi—tanaman yang tangguh itu tumbuh kembali. Rupanya, tanaman lilac itu hanya membutuhkan waktu untuk berbunga kembali, dan saya hanya perlu menantikan apa yang tidak dapat saya lihat sebelumnya.
Alkitab bercerita tentang tokoh-tokoh yang menanti dengan iman di tengah kesulitan. Nuh menanti datangnya hujan. Kaleb menunggu empat puluh tahun untuk menetap di Tanah Perjanjian. Ribka menanti dua puluh tahun untuk memiliki anak. Yakub menunggu tujuh tahun untuk menikahi Rahel. Simeon terus menanti-nanti untuk melihat bayi Yesus. Pada akhirnya, kesabaran mereka pun terjawab.
Sebaliknya, siapa pun yang mengandalkan manusia “akan seperti semak bulus di padang belantara” (Yer. 17:6). Penyair Teasdale menutup puisinya dengan murung. “Aku melewati musim dingin,” tulisnya. Namun, “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,” ujar Yeremia dengan gembira. “Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air” (ay. 7-8).
Orang percaya kokoh tertanam di dalam Allah—Dialah yang berjalan bersama kita melewati beragam kesenangan dan kesulitan hidup ini.
Oleh: Patricia Raybon
Renungkan dan Doakan
Apa saja sifat Allah yang membuat Anda yakin untuk mengandalkan-Nya? Bagaimana cara Anda untuk tertanam semakin dalam pada tanah-Nya yang memberikan keteguhan?
Bapa Surgawi, saat hidupku terasa kering atau diterpa angin kencang, tanamkanlah imanku semakin dalam pada kasih-Mu yang teguh.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Selama masa Nabi Yeremia menulis kitabnya (627–586 SM), Yehuda dikelilingi bangsa-bangsa adidaya, seperti Mesir dan Asyur, serta Babel yang masih berkembang. Jadi, Yehuda mencoba untuk bersekutu dengan bangsa-bangsa tersebut untuk melindungi diri sendiri. Namun, Allah ingin umat-Nya mengandalkan Dia untuk kekuatan dan keamanan mereka.
Dalam Yeremia 17:5-8, sang nabi menerangkan perbedaan tajam antara mereka yang mencari pertolongan manusia dan mereka yang sepenuhnya percaya kepada Allah. Ia memakai tiga perumpamaan untuk menggambarkan nasib mereka yang berpaling dari Allah: semak bulus di padang belantara, tanah hangus di padang gurun, dan negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Hidup orang-orang itu akan terasa kering, sepi, dan layu. Namun, seperti dinyatakan pemazmur di Mazmur 1:3, mereka yang mengandalkan Allah akan “seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya.” –Alyson Kieda
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Biro Infokom HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar