Rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain. –1 Petrus 5:5
Baca: 1 Petrus 5:1-6
Siapa sangka, kantong keripik yang kecil dapat memberi pelajaran besar bagi seorang misionaris wanita asal Amerika. Suatu petang dalam pelayanannya di Republik Dominika, ia menghadiri pertemuan gereja dan membuka kantong keripik yang dibawanya. Tidak lama kemudian, seorang wanita yang belum dikenalnya mengulurkan tangan ke dalam kantong itu dan mengambil sedikit keripik. Lalu, orang-orang lain juga melakukan hal yang sama.
Sangat tidak sopan, pikirnya. Kemudian ia menyadari bahwa ia masih perlu belajar tentang kerendahan hati. Ia belum sepenuhnya memahami budaya di tempat yang akan dilayaninya. Alih-alih menekankan individualisme yang dijunjung di negara asalnya, wanita itu belajar bahwa kehidupan di Republik Dominika sangat mementingkan kebersamaan sebagai masyarakat. Berbagi makanan dan barang kepunyaan merupakan budaya bermasyarakat di sana. Bukannya budaya yang satu lebih baik daripada yang lain, hanya berbeda. Ia mengaku, “Menyadari hal-hal tersebut tentang diriku sungguh memberikan pembelajaran yang membuatku rendah hati.” Saat mengenali prasangka-prasangkanya sendiri, ia juga belajar bahwa kerelaan berbagi dengan orang lain akan menolong dirinya untuk melayani dengan lebih baik lagi.
Petrus mengajarkan hal ini kepada para pemimpin gereja: bersikaplah rendah hati terhadap orang lain. Ia menasihati para tetua untuk tidak “bertindak sebagai penguasa terhadap mereka yang dipercayakan kepadamu” (1 Ptr. 5:3 BIS). Bagaimana dengan yang muda? “Tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain” (ay. 5). Ia menegaskan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya” (ay. 6). Kiranya Dia menolong kita hidup rendah hati di hadapan-Nya dan di antara sesama kita.
Oleh: Patricia Raybon
Renungkan dan Doakan
Prasangka budaya apa yang selama ini Anda miliki? Bagaimana Anda mengizinkan Allah mengubah sikap Anda tersebut, supaya Anda dapat melayani semua orang dengan rendah hati?
Ya Bapa, gantikanlah keangkuhanku terhadap sesama dengan kasih-Mu yang penuh kerendahan hati.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....
WAWASAN
Menjelang akhir suratnya kepada jemaat yang teraniaya di abad pertama, Rasul Petrus mengalihkan perhatiannya dengan memberikan perintah kepada para pemimpin. Dengan menyapa mereka sebagai “teman penatua”, ia mendorong mereka untuk menjadi “gembala” yang melayani kawanan domba mereka bukan dengan paksa, tetapi dengan kasih (1 Petrus 5:1-2). Petrus juga pernah mengalami penganiayaan karena dipenjara dan dipukuli, bahkan kelak akan kehilangan nyawanya dalam pelayanan bagi Yesus. Ia juga telah melihat sendiri kepemimpinan Kristus yang menghamba, ketika Dia pada malam sebelum disalibkan merendahkan diri-Nya dengan mencuci kaki murid-murid-Nya. Yesus adalah panutan yang Petrus ikuti, dan ia ingin agar para rekan penatua dan gembala melakukan hal yang sama (ay. 1). Apa pun jenis pelayanan yang telah Allah berikan kepada kita, besar atau kecil, kita dapat menghindari jebakan keangkuhan, materialisme, dan kesewenang-wenangan, ketika kita didorong oleh kasih yang berfokus kepada Allah dan umat-Nya. –Tim Gustafson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
BIRO INFOKOM HKI/ Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar