• Menjalani Bersama

    Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku. –2 Timotius 4:16


    Baca: 2 Timotius 4:9-22


    Ketika pandemi COVID-19 merebak, Kelly tengah berjuang melawan kanker otak yang dideritanya. Jantung dan paru-parunya sempat dipenuhi air, dan itu membuatnya harus kembali diopname. Karena pandemi, keluarganya tidak dapat menjenguk. Suaminya, Dave, bertekad untuk melakukan sesuatu bagi Kelly.


    Dave mengumpulkan orang-orang terdekat dan meminta mereka menuliskan pesan-pesan penguatan pada papan-papan berukuran besar. Mereka setuju, dan setelah selesai, dua puluh orang dari mereka berdiri di luar rumah sakit sambil memegang papan-papan bertuliskan pesan: “Ibu yang Hebat!” “Love You!” “Kamu Tidak Sendiri.” Dengan dibantu seorang perawat, Kelly menghampiri jendela di lantai empat. “Kami hanya dapat melihat wajah-wajah bermasker dan lambaian tangan,” tulis Dave di media sosial, “tetapi itu masker dan lambaian tangan yang indah.”


    Di penghujung hidupnya, Rasul Paulus merasa sendirian saat mendekam dalam penjara di Roma. Ia menyurati Timotius, “Berusahalah ke mari sebelum musim dingin” (2 Tim. 4:21). Namun, sang rasul tidak benar-benar sendirian. Ia berkata: “Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku” (ay. 17). Tampaknya Paulus juga tetap menjaga hubungan dengan saudara-saudari seiman yang membesarkan hatinya. Ia berkata kepada Timotius, “Salam dari Ebulus dan Pudes dan Linus dan Klaudia dan dari semua saudara” (ay. 21).


    Kita diciptakan untuk hidup dalam komunitas, dan kita merasakan berkatnya saat kita berada dalam kesulitan. Pikirkanlah, apa yang dapat Anda lakukan untuk seseorang yang mungkin merasa sendirian hari ini?


    Oleh: Tim Gustafson


    Renungkan dan Doakan

    Kapan Anda merasa sendirian dan kesepian? Bagaimana Anda merasakan kehadiran Allah, di saat Anda sempat terpisah dari orang-orang terdekat yang mengasihi Anda?


    Terima kasih, ya Bapa, untuk penghiburan yang diberikan Roh-Mu, dan untuk komunitas orang percaya yang telah Engkau bawa ke dalam hidupku.

    Amin.....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...


    WAWASAN

    Kitab 2 Timotius merupakan surat terakhir yang ditulis Paulus, dan ia menulisnya dari dalam penjara (2 Timotius 2:9). Meski kita tidak tahu detail keadaan sang rasul di penjara, tetapi penderitaannya amat berat, dan tampaknya ia percaya bahwa kematiannya sudah dekat (4:6-7). Konteks tersebut menjadi alasan adanya nada mendesak di sepanjang suratnya. Paulus merasa sangat perlu untuk menyatakan kepada Timotius, anak didiknya, visi yang jelas tentang kesetiaan kepada Yesus dan Injil-Nya di tengah penderitaan, dan memperingatkannya agar tidak meninggalkan Injil demi kenyamanan dunia (ay. 10). Paulus berharap ia dapat bertemu Timotius lagi (ay. 21), mungkin untuk terakhir kalinya. –Monica La Rose

    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 


    BIRO INFOKOM HKI/ Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB