O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! –Roma 11:33
Baca: Roma 11:33-36
Sebuah asteroid yang melintas dalam orbit di antara Mars dan Jupiter ternyata memiliki nilai miliaran dolar. Menurut para ilmuwan, benda langit yang diberi nama 16 Psyche itu mengandung logam-logam seperti emas, besi, nikel, dan platinum yang tak ternilai harganya. Hingga saat ini, manusia belum berusaha untuk menambang kekayaan tersebut, tetapi Amerika Serikat telah berencana mengirim robot penjelajah nirawak untuk mempelajari batuan berharga itu.
Peluang adanya kekayaan tak ternilai yang berada di luar jangkauan kita mungkin terasa menggoda sekaligus membuat frustrasi. Rasanya sudah pasti akan ada orang-orang yang mendukung upaya untuk mencapai 16 Psyche demi memperoleh kekayaannya.
Namun, bagaimana dengan peluang kekayaan yang dapat kita raih? Tidakkah semua orang ingin meraihnya? Dalam suratnya kepada jemaat abad pertama di Roma, Rasul Paulus berbicara tentang kekayaan yang dapat diperoleh, yaitu yang kita temukan dalam relasi kita dengan Allah. Ia menuliskan, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!” (Rm. 11:33). Pakar Alkitab James Denney menyebut kekayaan tersebut sebagai “kekayaan kasih yang tak terselidiki, yang memampukan Allah untuk . . . melakukan jauh lebih besar daripada sekadar memenuhi [kebutuhan besar] dari dunia ini.”
Bukankah itu yang memang kita butuhkan—bahkan melebihi bongkahan emas asteroid yang tak terjangkau? Kita dapat menambang kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah yang terkandung dalam Kitab Suci dengan pertolongan Roh Kudus. Kiranya Allah menuntun kita untuk menggali kekayaan tersebut, agar kita semakin mengenal serta memuliakan Dia.
Oleh: Dave Branon
Renungkan dan Doakan
Menurut Anda, apa artinya menjadi kaya dalam kasih Allah? Langkah apa yang dapat Anda tempuh, untuk menggali lebih banyak lagi kekayaan yang abadi dan sejati?
Allah Bapa, tolonglah aku mengejar hikmat dan pengetahuan-Mu, pertimbangan dan jalan-jalan-Mu, dalam upayaku mengikut-Mu.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Paulus bukan penulis Alkitab pertama yang berbicara tentang Allah yang tidak terselami (Roma 11:33-35). Dua ribu tahun sebelumnya, Ayub (yang dipercaya hidup sekitar zaman Abraham) bertanya, “Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?” (Ayub 11:7). Nabi Yesaya dengan tepat merangkum ketidaksanggupan kita untuk sepenuhnya mengenal Allah: “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku” (Yesaya 55:8). Namun, Allah ingin kita mengenal-Nya: “Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN” (Yeremia 24:7; lihat Ibrani 8:10-11). Rasul Yohanes menyatakan kepada kita, “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, . . . Dialah yang menyatakan-Nya” (Yohanes 1:18). Yesus sendiri menegaskan, “Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku” (8:19). Meski kita tidak dapat memahami segala sesuatu mengenai Allah, Yohanes berkata bahwa setiap orang yang mengenal Yesus juga mengenal Allah (17:3). –K.T. Sim
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
BIRO Infokom HKI/ Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar