Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita . . . tetapi marilah kita saling menasihati. –Ibrani 10:25
Baca: Ibrani 10:19-25
Menurut World Happiness Report, Denmark adalah salah satu negara paling berbahagia di dunia. Orang Denmark melewati musim dingin yang panjang dan gelap dengan berkumpul bersama teman-teman sambil menikmati minuman hangat atau makanan lezat. Kata yang mereka gunakan untuk mengungkapkan perasaan yang timbul dalam momen seperti itu adalah hygge (hoo-gah). Dengan hygge mereka dapat mengimbangi dampak yang mereka rasakan karena kurangnya kesempatan mereka untuk menikmati sinar matahari jika dibandingkan orang-orang yang hidup di wilayah bergaris lintang lebih rendah. Hanya dengan duduk mengelilingi meja bersama orang-orang terkasih, hati mereka menjadi gembira.
Penulis Kitab Ibrani mendorong kita untuk bersekutu bersama sebagai komunitas. Ia berkata tentang akan datangnya hari-hari sukar yang jauh lebih berat daripada cuaca buruk, dan untuk itu para pengikut Kristus perlu bertekun dalam iman. Meski Yesus telah menjamin bahwa Allah menerima kita melalui iman kita kepada-Nya, kita mungkin masih perlu berjuang menghadapi beragam tantangan, seperti rasa malu, keraguan, atau pihak-pihak yang menentang iman kita. Dengan bersekutu bersama, kita dapat saling menguatkan. Ketika bertemu, kita dapat “saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” yang menguatkan iman kita (Ibr. 10:24).
Bersekutu bersama memang tidak menjamin kita akan selalu berbahagia. Namun, Alkitab menawarkan persekutuan sebagai sarana bagi kita untuk dapat saling menopang dalam iman saat menghadapi berbagai kesulitan hidup. Itu alasan yang sangat baik untuk mencari komunitas dalam gereja! Kita juga dapat membuka pintu rumah kita sehingga, seperti sikap khas Denmark yang sederhana, kita dapat menguatkan hati satu sama lain.
Oleh: Kirsten Holmberg
Renungkan dan Doakan
Bagaimana bersekutu bersama dapat mendorong semangat Anda? Siapa yang dapat Anda semangati lewat keterbukaan yang Anda tunjukkan?
Ya Allah, terima kasih, karena aku dapat menguatkan saudara-saudari seimanku, saat kami bersekutu bersama sebagai umat-Mu.
Amin.......
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu......
WAWASAN
Meski penulis surat kepada orang Ibrani tidak diketahui, kita mempunyai bayangan kuat mengenai penerima suratnya. Seperti judul kitab itu, pembaca pertamanya adalah orang-orang Ibrani, khususnya orang-orang Yahudi yang sudah beriman kepada Yesus dan tersebar di luar kampung halaman mereka karena penganiayaan. Identitas Yahudi mereka dapat tampak sebagian dari cara penulis menggunakan gambaran bait Allah dan korban persembahan yang berhubungan dengan Yudaisme, untuk kemudian menunjukkan bagaimana Hukum Taurat sejatinya digenapi dalam Yesus. Namun, setelah meneliti teks surat Ibrani, banyak ahli juga yakin bahwa iman orang-orang Yahudi yang sudah Kristen itu juga sedang gamang. Pendapat tersebut didukung oleh sebagian perikop yang berisi “peringatan keras”. Meski demikian, di dalam beberapa bagian, penulis mengajak para pembacanya untuk bersamanya menempuh perjalanan iman, dengan berulang kali menggunakan kata-kata “baiklah” dan “marilah” yang menyatakan undangan tersebut. (lihat Ibrani 4:1,11,14,16; 10:22-24; 12:1,28; 13:13,15). –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread/ BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar