Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan. –Yakobus 1:12
Baca: Yakobus 1:2-12
Setiap tahun, kira-kira sepuluh keping Lego terjual kepada setiap orang di muka bumi ini. Itu artinya lebih dari tujuh puluh lima miliar bata plastik kecil secara total. Namun, itu semua tidak akan terjadi kalau bukan karena kegigihan pembuat mainan asal Denmark, Ole Kirk Christiansen.
Selama beberapa dekade, Christiansen sudah bekerja keras di Billund, Denmark, sebelum menciptakan Leg Godt, yang berarti “bermain dengan baik”. Dua kali bengkel kerjanya dilalap api. Ia mengalami kebangkrutan dan perang dunia sehingga kekurangan material. Akhirnya, pada akhir 1940-an, ia mendapat ide untuk membuat bata-bata plastik yang bisa saling mengunci. Saat Ole Kirk meninggal dunia pada tahun 1958, Lego sudah berkembang menjadi merek yang dikenal luas.
Bertahan di tengah tantangan pekerjaan dan kehidupan memang tidak mudah. Demikian pula dalam kehidupan rohani, saat kita berusaha bertumbuh semakin menyerupai Yesus. Masalah bisa datang menimpa, dan kita membutuhkan kekuatan Allah untuk bertahan. Yakobus menulis, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan” (Yak. 1:12). Terkadang cobaan yang kita hadapi berupa hubungan, keuangan, atau kesehatan yang memburuk. Terkadang kita menghadapi godaan yang menghambat kita untuk memuliakan Allah dengan hidup kita.
Namun, Allah menjanjikan hikmat untuk saat-saat seperti itu (ay. 5), dan Dia meminta kita untuk percaya bahwa Dia akan menyediakan segala yang kita butuhkan (ay. 6). Melalui semua itu, ketika kita mengizinkan Dia menolong kita untuk bertahan dalam menghormati Dia dengan hidup kita, kita menemukan berkat sejati (ay. 12).
Oleh: Dave Branon
Renungkan dan Doakan
Pencobaan apa saja yang Anda hadapi belakangan ini? Bagaimana Allah dapat menolong Anda untuk hidup sepenuh hati bagi-Nya?
Ya Tuhan Yesus, dengan mempelajari hidup-Mu, aku mengenal arti kegigihan. Kiranya teladan-Mu menjadi pedomanku, saat pencobaan menghadangku.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Surat Yakobus (yang kemungkinan besar ditulis oleh Yakobus, saudara tiri Yesus) tidak ditujukan kepada jemaat tertentu, tetapi “kepada kedua belas suku di perantauan” (ay. 1). Itu menunjukkan bahwa pembaca utamanya adalah orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Yesus, kemungkinan mereka yang meninggalkan tanah Yudea untuk melarikan diri dari penganiayaan (lihat Kisah Para Rasul 11:19).
Yakobus sering menyebut orang percaya sebagai “saudara-saudara” (adelphoi dalam bahasa Yunani) dalam suratnya (1:2,16,19; 2:1,5,14; 3:10,12; 4:11; 5:7,9,10,12,19). Sejumlah ahli berpendapat bahwa seringnya istilah itu dipakai Yakobus membuatnya dapat diterima oleh para pembaca Yahudi yang memandang sesama orang Yahudi sebagai saudara dalam iman dan keturunan (adelphoi mengacu kepada sesama orang Yahudi dalam Kisah Para Rasul 2:29 dan Roma 9:3). Pada masa awal Kekristenan, ungkapan itu berkembang hingga mencakup semua orang percaya, termasuk bangsa-bangsa lain (lihat Roma 12:10). –Monica La Rose
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread/ BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar