Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. –Matius 6:10
Baca: Matius 6:9-13
Ketika episode terakhir serial drama Inggris, Line of Duty, ditayangkan, banyak orang ingin tahu bagaimana akhir dari perjuangan para tokohnya melawan kejahatan terorganisir. Namun, banyak penonton akhirnya kecewa ketika dalam episode terakhir itu justru tersirat kejahatan yang akhirnya menang. “Saya ingin orang-orang jahat diseret ke pengadilan,” kata seorang penggemar. “Kita butuh akhir yang bermoral seperti itu.”
Sosiolog Peter Berger pernah menulis bahwa kita haus akan pengharapan dan keadilan—pengharapan bahwa suatu hari kejahatan akan dikalahkan dan para pelakunya akan dihukum. Dunia yang memenangkan penjahat tidaklah sejalan dengan cara kerja dunia yang kita ketahui. Tanpa disadari, para penggemar yang kecewa itu menyuarakan kerinduan terdalam dari umat manusia agar dunia kembali baik seperti semula.
Dalam doa Bapa Kami, Yesus memandang kejahatan secara realistis. Kejahatan tidak hanya ada di tengah kita—karenanya dibutuhkan pengampunan (Mat. 6:12), tetapi ada dalam skala yang lebih besar—sehingga dibutuhkan kelepasan (ay. 13). Namun, kenyataan itu diimbangi dengan pengharapan. Di surga tidak ada kejahatan, dan kerajaan surgawi itu sedang datang ke bumi (ay. 10). Suatu hari nanti keadilan Allah akan terpenuhi, “akhir yang bermoral” akan dihadirkan-Nya, dan kejahatan akan dihapus selamanya (Why. 21:4).
Jadi, ketika penjahat di dunia sekarang seakan menang dan membuat Anda kecewa, ingatlah: sampai kehendak Allah terjadi “di bumi seperti di sorga,” selalu ada pengharapan—karena cerita belum berakhir.
Oleh: Sheridan Voysey
Renungkan dan Doakan
Menurut Anda, mengapa kita mendambakan pengharapan dan keadilan? Bagaimana doa Bapa Kami dapat menolong Anda menghadapi kejahatan dan kekecewaan?
Bapa Surgawi, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga!
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu...
WAWASAN
Dalam Injil Matius, Doa Bapa Kami menjadi bagian kunci dari Khotbah Yesus di Bukit. Ajaran Yesus mengenai doa terutama menantang praktik keagamaan masa itu, karena Dia mendakwa tidak saja para pemimpin agama yang munafik, yang menggunakan ibadah mereka kepada Allah sebagai sarana untuk menarik perhatian kepada diri mereka sendiri (6:5), tetapi juga orang-orang yang tidak mengenal Allah, yang memakai doa-doa mereka sebagai cara untuk mengikat ilah mereka dengan mantera yang “bertele-tele” atau kata-kata yang banyak (ay. 7).
Sebaliknya, Yesus menawarkan suatu alternatif yang bersifat intim sekaligus penuh ketundukan. Doa Bapa Kami adalah suatu percakapan yang hening dan pribadi antara orang yang berdoa dan Allah sendiri. Doa itu tidak hendak mengekang Sang Pencipta alam semesta, tetapi menempatkan pendoanya dalam sikap tunduk yang percaya penuh kepada Bapa yang berbelas kasih. Dalam pengajaran Yesus, doa menjadi ungkapan rasa percaya, tanpa kesombongan atau kepura-puraan. –Jed Ostoich
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread/ BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar