Beginilah firman Tuhan Allah: Bertobatlah dan berpalinglah dari berhala-berhalamu dan palingkanlah mukamu dari segala perbuatan-perbuatanmu yang keji. –Yehezkiel 14:6
Baca: Yehezkiel 14:1-8
“Coba Anda lihat, Saudara Tim.” Teman saya, Sam, seorang pendeta di Ghana, mengarahkan senternya ke benda berukir yang disandarkan pada sebuah pondok yang dindingnya terbuat dari lumpur. Ia berbisik, “Inilah berhala desa ini.” Setiap Selasa sore, Sam mengunjungi desa terpencil itu untuk membagikan firman Tuhan.
Dalam Kitab Yehezkiel, kita melihat penyembahan berhala telah mewabah di antara bangsa Israel. Ketika para pemimpin Yerusalem menemui Nabi Yehezkiel, Allah berkata kepadanya, “Orang-orang ini menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya” (14:3). Allah bukan hanya memperingatkan tentang berhala yang terpahat dari kayu dan batu, tetapi juga menunjukkan kepada mereka bahwa sesungguhnya penyembahan berhala merupakan persoalan hati. Kita semua bergumul dengan hal itu.
Seorang pengajar Alkitab bernama Alistair Begg mendeskripsikan berhala sebagai “segala sesuatu di luar Allah yang kita anggap penting bagi kedamaian, citra diri, kepuasan, maupun penerimaan kita.” Bahkan hal-hal yang tampak mulia juga dapat menjadi berhala bagi kita. Ketika kita mencari penghiburan atau penghargaan diri melalui apa saja, di luar dari Allah yang hidup, kita sedang menyembah berhala.
“Bertobatlah,” firman Allah “dan berpalinglah dari berhala-berhalamu dan palingkanlah mukamu dari segala perbuatan-perbuatanmu yang keji” (ay. 6). Ternyata Israel tidak mampu melakukannya. Namun, syukur kepada Allah, Dia mempunyai jalan keluar. Dalam nubuat tentang kedatangan Kristus dan karunia Roh Kudus, Dia menjanjikan, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu” (36:26). Kita tidak dapat melakukannya sendiri.
Oleh: Tim Gustafson
Renungkan dan Doakan
Saat tekanan melanda Anda, ke mana Anda berpaling mencari penghiburan? Berhala apa yang perlu Anda singkirkan hari ini?
Ya Bapa, tunjukkanlah berhala yang ada dalam hatiku. Lalu, tolonglah aku untuk menyingkirkannya, agar aku hidup dalam kasih-Mu.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....
WAWASAN
Sebagai bagian dari strategi penaklukan, bangsa Babel secara paksa membawa keluarga istana, pemimpin militer, dan para ahli ke pembuangan di Babel (2 Raja-Raja 24:10-16; Daniel 1:1-5), termasuk nabi dan imam bernama Yehezkiel. Ia berada bersama para buangan dari Yehuda di tepi Sungai Kebar di Babel ketika memulai pelayanannya (Yehezkiel 1:1-3) kepada orang Yahudi di pembuangan (3:11) dan mereka yang masih tinggal di Yehuda (12:10). Setelah mengutuk nabi-nabi palsu yang mengajarkan bahwa Allah tidak akan menghukum umat-Nya atas dosa-dosa mereka (pasal 12–13), Yehezkiel menentang para pemimpin Yahudi karena mereka munafik dan menyembah berhala. Ia kemudian mendesak umat Allah agar bertobat dan berpaling dari berhala-berhala mereka (14:1-8). –K.T. Sim
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread / BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar