Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu. –Matius 5:44
Baca: Matius 5:43-48
“Ibu tahu apa yang mereka katakan. Tapi, Ibu bilang sama kamu . . .” Waktu masih kecil, mungkin ribuan kali saya mendengar ibu saya mengucapkan petuah seperti itu. Konteksnya selalu soal tekanan dari teman sebaya. Ibu mencoba mengajarkan kepada saya untuk tidak begitu saja ikut arus. Namun, meski bukan anak-anak lagi, mentalitas untuk ikut arus masih cukup kuat bercokol dalam diri ini. Contohnya nasihat ini: “Tempatkanlah dirimu di antara orang-orang yang berpandangan positif.” Meski kalimat itu sudah umum, kita patut mengujinya dengan bertanya: “Apakah itu sesuai dengan ajaran Kristus?”
“Tetapi Aku berkata kepadamu . . . ” Yesus beberapa kali memulai kalimat-Nya dengan frasa itu dalam Matius 5. Dia tahu benar apa yang terus-menerus dikatakan dunia ini kepada kita. Namun, Dia ingin kita hidup dengan cara yang berbeda. Tentang hal itu, Dia berkata, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (ay. 44). Kemudian, dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus menggunakan kata yang sama untuk menggambarkan, tebak siapa? Ya, betul: kita—“pada masa kita bermusuhan dengan Allah” (Rm. 5:10 BIS). Jauh dari sikap munafik, Yesus sendiri membuktikan ucapan-Nya dengan tindakan. Dia mengasihi kita, dan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.
Apa jadinya jika Kristus hanya membuka diri untuk “orang-orang yang berpandangan positif”? Mana tempat bagi kita? Puji Tuhan, kasih-Nya tidak membeda-bedakan orang. Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, dan dalam kuasa-Nya, kita dipanggil untuk melakukan hal yang sama.
Oleh: John Blase
Renungkan dan Doakan
Kapan terakhir kalinya seseorang menunjukkan kasihnya kepada Anda, saat Anda sedang tidak “berpandangan positif”? Bagaimana Anda dapat menunjukkan kasih yang nyata kepada seorang musuh hari ini?
Ya Bapa, aku cenderung hanya ingin hidup di antara orang-orang yang menyenangkanku. Namun, itu bukanlah hidup, dan bukan hidup yang Kau inginkan bagiku. Tolonglah aku mengasihi siapa saja, termasuk musuh-musuhku.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Pengajaran Yesus dalam Khotbah di Bukit (Matius 5–7) merupakan koreksi terhadap pengajaran dan praktik-praktik agama populer pada zaman-Nya. Jadi, Dia berulang kali berkata, “Kamu telah mendengar yang difirmankan . . . Tetapi Aku berkata kepadamu . . .” (5:21-44). Perlu diperhatikan bahwa Dia memerintahkan “haruslah kamu sempurna” (ay. 48). Sama seperti perintah-perintah lainnya, Kristus memanggil para pengikut-Nya untuk mencapai standar yang lebih tinggi. Namun, kesempurnaan yang dimaksudkan-Nya bukanlah kesempurnaan moral (ketiadaan dosa). Kata Yunani teleios (dari telos ), yang diterjemahkan “sempurna” berarti “keparipurnaan” atau “kedewasaan”, sesuatu yang telah mencapai tujuan. Yesus memanggil para pengikut-Nya kepada kedewasaan “relasi”, suatu kasih dewasa yang tidak membeda-bedakan, seperti kasih Bapa Surgawi. Kasih ini tidak terpengaruh oleh silsilah atau pelabelan, dan kasih itu diteladankan oleh seorang Samaria dalam perumpamaan di Lukas 10:25-37. –Arthur Jackson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread/ BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar