Jangan ikut-ikutan dengan kebanyakan orang kalau mereka berbuat salah. –Keluaran 23:2 (BIS)
Baca: Keluaran 23:1-9
“Satu nyawa melayang. Satu nyawa lagi sedang dipertaruhkan,” ujar hakim dengan nada muram dalam film klasik produksi tahun 1957 berjudul 12 Angry Men. Bukti-bukti yang memberatkan terdakwa yang masih muda itu terlihat sangat meyakinkan. Namun, saat bermusyawarah, muncul perbedaan pendapat dalam tubuh dewan juri yang beranggotakan dua belas orang. Salah seorang juri, yaitu juri nomor 8, memilih keputusan “tidak bersalah”. Terjadi perdebatan sengit, dan juri tadi dicemooh ketika ia mencoba menunjukkan adanya ketidakcocokan dalam kesaksian yang diberikan. Emosi pun meningkat, sampai terlihat jelas adanya sikap berat sebelah dan prasangka dari para anggota juri itu sendiri. Akhirnya, satu demi satu anggota juri mengubah keputusan mereka menjadi “tidak bersalah”.
Ketika Allah memberikan perintah-perintah-Nya kepada bangsa Israel yang baru terbentuk, Dia menuntut keberanian yang jujur. Allah berkata, “Jangan ikut-ikutan dengan kebanyakan orang . . . menyelewengkan hukum dengan memberi kesaksian yang tidak benar” (Kel. 23:2 BIS). Yang menarik, pengadilan juga dituntut agar “[jangan] memihak kepada orang miskin dalam perkaranya” (ay. 3) atau sebaliknya, “Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya” (ay. 6). Allah, hakim yang adil, menginginkan integritas dalam semua tindakan kita.
Dalam film 12 Angry Men, juri kedua yang memilih keputusan “tidak bersalah” sempat bersaksi tentang juri nomor 8, “Sungguh tidak mudah untuk berdiri seorang diri di tengah orang-orang yang mencemooh kita.” Namun, justru itulah yang Allah kehendaki. Juri nomor 8 berpegang pada bukti nyata, sekaligus mempertimbangkan sisi kemanusiaan dari individu yang sedang diadili. Dengan pimpinan Roh Kudus, kita pun mampu membela kebenaran Allah dan bersuara bagi mereka yang tidak berdaya.
Oleh: Tim Gustafson
Renungkan dan Doakan
Apa yang sering menggoda Anda untuk ikut-ikutan? Dalam hal apa Allah memanggil Anda untuk membela kebenaran dan keadilan?
Bapa, tolonglah kami agar dapat menunjukkan kasih-Mu kepada dunia dengan membela kebenaran-Mu.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Hukum Musa, yang terangkum dalam Sepuluh Perintah Allah (Dekalog), berusaha mengajar umat Israel dalam dua hal penting—bagaimana berhubungan dengan Allah dan bagaimana berhubungan dengan sesama—baik orang Israel maupun orang asing. Dekalog sendiri mencerminkan nilai-nilai itu, dengan bagian pertamanya mengatur tentang bagaimana mereka merespons Allah dan bagian keduanya membimbing mereka dalam hubungan antarpribadi. Bacaan hari ini (Keluaran 23:1-9) membahas secara lebih terperinci tentang interaksi dengan sesama tersebut. Jadi, ketika dalam Matius 22:36-40 Yesus berkata bahwa seluruh hukum Taurat tercakup dalam dua perintah—“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” dan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”—Dia sedang mempertegas dua nilai utama dari hukum tersebut. Mengasihi Allah adalah hubungan vertikal yang terutama, yang kemudian memberi konteks, makna, dan nilai pada semua hubungan horizontal kita dengan sesama manusia. –Bill Crowder
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread / BIRO INFOKOM HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar