Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. –Yakobus 1:19-20
Baca: Yakobus 1:19-26
“ARRRGH!” teriak saya saat truk bengkel itu tiba-tiba menyalip jalan saya. Lalu saya melihat pada truk itu sebuah kalimat bertuliskan: “Bagaimana Cara Saya Mengemudi?” lengkap dengan nomor telepon. Saya langsung mengambil ponsel dan menghubungi nomor itu. Seorang wanita menanyakan alasan saya menelepon, dan saya menumpahkan semua uneg-uneg saya. Ia mencatat nomor truk itu, lalu dengan nada lelah berkata, “Tahukah Anda, Anda juga bisa menelepon untuk memberitahukan bahwa pengemudi kami mengemudikan mobilnya dengan baik.”
Aduh. Kata-katanya itu langsung menohok sikap saya yang ingin menang sendiri. Perasaan malu membanjiri saya. Saking bersemangatnya menuntut “keadilan”, saya gagal untuk mempertimbangkan bagaimana kegusaran saya dapat mempengaruhi wanita itu dalam pekerjaannya yang sulit. Terputusnya hubungan antara iman dan tindakan saya—saat itu—membuat saya sedih.
Kesenjangan antara tindakan dan keyakinan kita menjadi fokus Kitab Yakobus. Dalam Yakobus 1:19-20, kita membaca, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” Lalu Yakobus menambahkan: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (ay. 22).
Tak satu pun dari kita yang sempurna. Terkadang cara kita “mengemudi” dalam kehidupan ini membutuhkan bantuan, diawali dengan pengakuan dan kerelaan untuk memohon pertolongan Allah—mempercayai-Nya untuk terus mengikis sisi buruk dari karakter kita.
Oleh: Adam Holzz
Renungkan dan Doakan
Mengapa kata-kata yang dilontarkan dengan cepat dan dalam keadaan marah dapat menimbulkan masalah? Bagaimana Anda dapat mempraktikkan lebih baik apa yang sungguh Anda yakini?
Bapa, terkadang amarah menguasaiku, hingga aku melontarkan kata-kata menyakitkan. Tolonglah aku untuk berubah dalam sikapku ini.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....
WAWASAN
Kitab Yakobus sangat memperhatikan isu keadilan, terutama dalam hubungan antara si kaya dan si miskin (2:6; 5:1-6). Bahkan, kata dalam bahasa Yunani yang sering diterjemahkan “kebenaran” di Yakobus 1:20 (dikaiosynÄ“ ) dapat juga diterjemahkan sebagai “keadilan,” suatu terjemahan yang masuk akal bagi ayat ini dalam konteks tersebut. Ketegangan dan ketidakadilan yang terjadi antara si kaya dan si miskin menjadi masalah inti di dalam kitab ini. Karena itulah, menurut sejumlah ahli Alkitab, dalam bagian 1:19-20 penulis merasakan perlunya menekankan bahwa kemarahan manusia tidak akan menghasilkan keadilan yang didambakan si miskin. Sebaliknya, Yakobus menekankan agar “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” Dalam Yakobus 4:1-2, penulis sekali lagi memperingatkan agar jemaat tidak membiarkan keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi berbuah menjadi kemarahan, apalagi kekerasan. Orang percaya dipanggil untuk hidup bergantung kepada Allah dalam kerendahan hati (1:21) dan setia melayani orang lain (ay. 27). –Monica La Rose
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread / GEBADA HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar