• Kemah Rapuh

    Selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan. –2 Korintus 5:4


    Baca: 2 Korintus 4:16-5:5


    “Kemahnya sudah rapuh!” ujar kawan saya, Paul, gembala sebuah gereja di Nairobi, Kenya. Sejak tahun 2015, jemaatnya beribadah dalam suatu bangunan mirip tenda. Sekarang, Paul menulis, “Kemah kami sudah usang dan bocor sewaktu hujan.”


    Ucapan kawan saya mengenai kondisi tenda mereka yang rapuh itu mengingatkan kita pada kata-kata Rasul Paulus tentang kerapuhan kita sebagai manusia. “Manusia lahiriah kami semakin merosot. . . . Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan” (2 Kor. 4:16; 5:4).


    Meski kesadaran atas keberadaan manusiawi kita yang rapuh terjadi relatif awal dalam masa hidup ini, tetapi seiring dengan bertambahnya usia, kita pun semakin menyadarinya. Waktu memang menggerogoti kita. Semangat usia muda perlahan-lahan menyerah pada penuaan yang tak terhindarkan (lihat Pkh. 12:1-7). Tubuh kita—kemah kita—menjadi kian rapuh.


    Namun, tubuh yang rapuh tidak perlu diikuti dengan iman yang rapuh. Pengharapan dan semangat kita tidak perlu pudar seiring bertambahnya usia. “Sebab itu kami tidak tawar hati,” kata sang rasul (2 Kor. 4:16). Dia yang telah menciptakan tubuh kita telah berdiam di dalam kita melalui Roh-Nya. Ketika tubuh ini tidak lagi terpakai, kita akan memiliki kediaman yang tidak akan pernah rusak—“suatu tempat kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal” dari Allah (5:1).


    Oleh: Arthur Jackson


    Renungkan dan Doakan

    Bagaimana perasaan Anda mengetahui bahwa Kristus tinggal di dalam Anda melalui Roh-Nya (5:5)? Ketika Anda “mengeluh”, bagaimana doa dapat membantu Anda?


    Ya Bapa, terima kasih atas kehadiran-Mu yang tak berkesudahan. Saat fisikku lemah, tolonglah aku untuk mempercayai-Mu, sembari aku menantikan tempat tinggal abadi yang akan bertahan selamanya.

    Amin......

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....


    WAWASAN

    Rasul Paulus menulis empat surat kepada umat Tuhan di Korintus. Kitab-kitab yang dikenal sebagai 1 dan 2 Korintus masing-masing adalah surat kedua dan keempat yang ditulisnya kepada gereja-gereja rumah di sana. Tentang latar belakang 2 Korintus, William Baker menyatakan: “Meski kenyataannya mereka yang bertobat mula-mula adalah orang-orang Yahudi (menurut Kisah Para Rasul 18:4-8), tidak satu pun masalah yang dibahas Paulus agaknya berakar dari kontroversi antara iman Kristen dengan tradisi Yahudi. Sebaliknya, semua persoalan tersebut timbul dari budaya dan masyarakat Korintus tempat mereka tinggal.” Paulus membahas masalah-masalah seputar apa artinya hidup bagi Yesus di dalam budaya tertentu. Ia membandingkan cara hidup warga Korintus dengan cara hidup yang sepatutnya dimiliki oleh orang-orang percaya (lihat 1 Korintus 6:12-13). –J.R. Hudberg


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 


    Our Daily Bread / GEBADA HKI

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB