Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; . . . itu bukan hasil pekerjaanmu. –Efesus 2:8-9
Baca: Efesus 2:1-10
Sewaktu kami mendekor untuk sebuah acara gereja, wanita yang menjabat sebagai ketua tim dekorasi mengeluhkan pengalaman saya yang masih kurang. Setelah ia pergi, seorang wanita lain menghampiri saya. “Tidak usah dimasukkan ke hati. Ia kami juluki sebagai B.A.E.—Butuh Anugerah Ekstra.”
Saya tertawa. Sejak itu, setiap kali berkonflik dengan seseorang, saya akan menggunakan label tersebut. Bertahun-tahun kemudian, saya duduk di gereja yang sama dan mendengarkan eulogi bagi mendiang wanita yang dijuluki B.A.E. tadi. Pendeta bercerita bagaimana selama hidupnya, wanita itu sangat murah hati dan setia melayani Allah dari balik layar. Saya pun memohon ampun kepada Allah karena telah menghakimi dan bergosip tentang wanita itu serta semua orang yang pernah saya juluki B.A.E. di masa lalu. Saya sadar, saya sendiri pun membutuhkan anugerah ekstra, sama seperti semua orang percaya lainnya.
Dalam Efesus 2, Rasul Paulus menyatakan bahwa “pada dasarnya [semua orang percaya] adalah orang-orang yang harus dimurkai” (ay. 3). Namun, Allah menganugerahkan bagi kita keselamatan, anugerah yang tak layak kita terima, dan yang takkan pernah mampu kita peroleh sendiri, supaya “jangan ada orang yang memegahkan diri” (ay. 9). Tidak seorang pun.
Ketika kita berserah kepada Allah dalam setiap momen di sepanjang perjalanan kehidupan ini, Roh Kudus akan berkarya untuk mengubahkan karakter kita sehingga kita dapat mencerminkan karakter Kristus. Sesungguhnya, setiap orang percaya membutuhkan anugerah ekstra. Namun, kita bersyukur bahwa kasih karunia Allah cukup bagi kita (2 Kor. 12:9).
Oleh: Xochitl Dixon
Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda menghakimi orang lain karena ia membutuhkan anugerah ekstra? Dalam hal apakah Anda memerlukan kasih karunia Allah saat ini?
Allah Bapa, mampukanlah aku untuk meneruskan anugerah kepada sesamaku dengan cuma-cuma dan berlimpah, seperti Engkau telah mencurahkan kasih karunia-Mu yang melimpah ruah kepadaku.
Amin...
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Yang mudah terlewatkan dalam perikop ini adalah kebenaran sederhana bahwa sesungguhnya kita “sudah mati” secara rohani sebelum kita beriman kepada Yesus sebagai Anak Allah (Efesus 2:1). Sebelum Roh Kudus menarik kita, kita “hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran [kita] yang jahat” (ay. 3). Tanpa campur tangan ilahi, kita tidak berdaya bagaikan mayat. “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus” (ay. 4-5). Setiap aspek dari kebangkitan pribadi ini datang dari Allah, termasuk “pekerjaan baik” yang harus kita lakukan, “yang dipersiapkan Allah sebelumnya” (ay. 10). Sungguh, tidak ada apa pun yang dapat kita banggakan, kecuali kasih agung Allah kita yang dinyatakan melalui Anak-Nya, Yesus. –Tim Gustafson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread/ GEBADA HKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar