Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya . . . supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia. –Filipi 3:8-9
Baca: Filipi 3:4-14
Dalam sebuah puisi yang dibuka dengan baris, “Aku bukan siapa-siapa! Siapa dirimu?” Emily Dickinson menyindir segala upaya yang dilakukan manusia untuk menjadi “seseorang” yang diakui dan dihargai. Sang pujangga justru menganjurkan kita untuk menikmati kebebasan penuh sukacita dengan menjalani hidup tanpa dikenali. “Alangkah menyedihkan – menjadi Seseorang! Di depan umum – seperti seekor Katak – / Namanya diserukan – di sepanjang bulan Juni / kepada seluruh Rawa yang terpesona!”
Tindakan mencari kebebasan dengan melepaskan kebutuhan untuk menjadi “seseorang” tersebut sedikit banyak serupa dengan kesaksian Rasul Paulus. Sebelum bertemu Kristus, Paulus mempunyai sederet kualitas keagamaan yang tampak mengesankan, yang sepertinya menjadi “alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” (Flp. 3:4).
Namun, perjumpaan dengan Yesus telah mengubah segalanya. Ketika Paulus melihat betapa hampa pencapaian agamawinya jika dibandingkan dengan kasih Kristus yang rela berkorban, ia mengaku, “Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia . . . Aku telah melepaskan semuanya itu . . . supaya aku memperoleh Kristus” (ay. 8). Ambisi Paulus hanyalah “mengenal [Kristus] dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, . . . menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (ay. 10).
Sungguh menyedihkan berupaya menjadi “seseorang” dengan kekuatan sendiri. Namun, dengan mengenal Yesus dan menyerahkan diri kita kepada kasih dan hidup-Nya yang rela berkorban, kita dapat menemukan nilai diri kita yang sejati (ay. 9), sehingga akhirnya kita mengalami kebebasan penuh.
Oleh: Monica La Rose
Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda terbebas dari upaya mencari nilai diri melalui pencapaian Anda atau dari penilaian orang lain? Bagaimana menemukan nilai diri Anda “dalam Kristus” dapat membebaskan Anda dari kesombongan dan penolakan diri?
Allah Mahakasih, terima kasih, karena aku tidak perlu menjadi “seseorang” supaya Engkau mengasihi dan menerimaku.
Amin.....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....
WAWASAN
Dalam Filipi 3, dengan menggebu-gebu Paulus menyatakan betapa sia-sianya orang Kristen “menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” (ay. 3). “Hal-hal lahiriah” mengacu kepada sunat, yang menurut pendapat beberapa guru masih diperlukan atas orang percaya untuk menjadi bagian dari umat Allah. Lebih luas lagi, “menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” merujuk kepada sikap mengandalkan status atau pencapaian manusiawi untuk menjadi benar dengan Allah—seperti menaati hukum Taurat (ay. 9) dan bukan mengandalkan Kristus (lihat juga Roma 8:5-9). Pertemuan dengan Yesus membuat Paulus menyadari bahwa bergantung pada kekuatan atau prestasi manusia adalah “sampah” (Filipi 3:8), sebuah kata yang juga dapat diterjemahkan sebagai “kotoran”. –Monica La Rose
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar