• Hati yang Rela Memberi

    Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. –Amsal 11:25


    Baca: Amsal 11:15-25


    Pada hari terakhir kami di Wisconsin, seorang teman mengajak Kinslee, anaknya yang berusia 4 tahun, untuk mengucapkan salam perpisahan. “Aku tidak mau tante pindah,” ucap Kinslee. Saya memeluknya dan memberinya hadiah sebuah kipas berbahan kanvas yang dilukis dengan tangan. “Kalau kamu kangen dengan tante, pakai saja kipas ini dan ingatlah tante selalu menyayangimu.” Kinslee bertanya apakah ia boleh mendapatkan kipas kertas di dalam tas saya saja. “Sayang, kipas itu sudah rusak,” ujar saya. “Tante ingin memberimu kipasku yang paling bagus.” Saya tidak menyesal telah memberi Kinslee kipas favorit saya. Melihatnya tersenyum sudah membuat saya bahagia. Beberapa waktu kemudian, Kinslee memberi tahu ibunya bahwa ia sedih karena saya menyimpan kipas yang rusak. Akhirnya mereka pun mengirimi saya kipas baru yang indah berwarna ungu. Pemberian yang tulus ini membuat Kinslee kembali bersukacita. Saya pun turut bersukacita.


    Dalam dunia yang mendorong orang mencari kepuasan dan kenyamanan diri, kita bisa tergoda untuk memperkaya diri sendiri daripada hidup dengan kerelaan memberi. Namun, Alkitab berkata bahwa “yang menyebar harta . . . bertambah kaya” (Ams. 11:24). Budaya kita mendefinisikan kemakmuran sebagai memiliki lebih banyak dan banyak lagi, tetapi Alkitab berkata, “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan” dan “siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum” (ay. 25).


    Kasih dan kemurahan Allah yang tak terbatas dan tak bersyarat terus-menerus menguatkan kita. Setiap dari kita dapat memiliki hati yang rela memberi sehingga tercipta siklus kemurahan hati yang tak pernah berhenti. Itu karena kita sadar bahwa Allah—Sang Pemberi segala yang baik—tak jemu-jemu memberikan berkat-Nya dengan berlimpah.


    Oleh: Xochitl Dixon


    Renungkan dan Doakan

    Bagaimana kemurahan hati orang lain telah menolong Anda semakin mengenal Yesus? Bagaimana Anda dapat mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan Anda minggu ini?


    Ya Allah, tolonglah aku agar dapat berbagi dengan murah hati, sebagaimana Engkau telah memberkatiku dengan kemurahan-Mu.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....


    WAWASAN

    Amsal 10–22 adalah kumpulan peribahasa hikmat pribadi yang dikumpulkan oleh Salomo. Dalam Amsal 10–15, kebanyakan amsal muncul dalam bentuk kontras, yaitu ketika sebuah pilihan bijak dinasihatkan lalu dibandingkan dengan hasil yang buruk dari suatu perilaku bodoh. Tidak mudah untuk mengenali benang merah dalam amsal-amsal ini, tetapi dalam bagian kedua dari pasal 11, kita bisa melihat jelas tema kekayaan dan pemakaiannya yang pantas. Di ayat 15 kita diperingatkan agar tidak menggunakan kekayaan kita untuk menanggung orang asing, dan diingatkan bahwa bersikap waspada dalam membuat komitmen adalah tindakan yang bijak. Di ayat 16, kekayaan dibandingkan dengan kehormatan, dengan kekayaan dipandang sangat rendah. Ayat 18 memperingatkan bahaya “laba yang sia-sia” dan sebaliknya menjunjung “pahala yang tetap.” Kemudian di ayat 24, seorang yang murah hati “bertambah kaya”, sedangkan yang kikir “selalu berkekurangan.” –Tim Gustafson


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 


    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB