Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu . . . yang merusak kebun-kebun anggur. –Kidung Agung 2:15
Baca: Kidung Agung 2:8-17
Saya sangat bersemangat menanami kebun belakang rumah kami dengan buah-buahan dan sayur-mayur. Lalu saya melihat ada lubang-lubang kecil di tanah. Sebelum sempat panen, mendadak buah pertama kami hilang secara misterius. Pada suatu hari saya sangat kecewa ketika menemukan tanaman stroberi kami yang terbesar sudah tercabut hingga ke akar-akarnya dan kering terpanggang sinar matahari akibat ulah kelinci yang bersarang di bawahnya. Andai saja saya lebih memperhatikan tanda-tanda peringatannya!
Sajak cinta yang indah dalam Kitab Kidung Agung mencatat percakapan antara sepasang kekasih. Ketika memanggil kekasihnya, sang pria dengan tegas memperingatkannya tentang hewan-hewan yang dapat merusak kebun mereka, lambang dari hubungan mereka. “Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu . . . yang merusak kebun-kebun anggur,” ujarnya (Kid. 2:15). Mungkin ia sudah melihat tanda-tanda adanya “rubah-rubah” yang dapat merusak hubungan mereka, seperti perasaan cemburu, amarah, ketidakjujuran, atau sikap tidak peduli. Karena bersukacita atas keelokan sang mempelai (ay. 14), sang pria tidak menginginkan kehadiran sosok lain yang dapat merusaknya. Kekasihnya sungguh berharga baginya, bagai “bunga bakung di antara duri-duri” ( ay. 2). Itulah sebabnya ia rela berjerih lelah demi menjaga hubungan mereka.
Keluarga dan sahabat merupakan anugerah terindah dari Allah untuk kita, sekalipun relasi-relasi tersebut tidak selalu mudah untuk dipelihara. Dengan kesabaran, perhatian, dan perlindungan dari “rubah-rubah yang kecil”, kita yakin bahwa Allah akan menumbuhkan buah yang indah nantinya.
Oleh: Karen Pimpo
Renungkan dan Doakan
Dalam hal apa Anda telah lalai dalam menjaga hubungan Anda dengan seseorang? “Rubah” apa saja yang selama ini Anda biarkan berkeliaran?
Tuhan Yesus, terima kasih, karena Engkau mengasihiku dengan begitu sempurna.
Amin....
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.....
WAWASAN
Ada sejumlah pertanyaan yang sering dikemukakan mengenai Kidung Agung (yang juga dikenal sebagai Kidung Salomo). Siapa penulisnya? Sebagian ahli Alkitab percaya bahwa Kidung Agung ditulis oleh Salomo; tetapi yang lain menyimpulkan bahwa Kidung Agung mungkin ditulis untuk atau mengenai Salomo. Bagaimana seharusnya kitab ini ditafsirkan, apakah secara harfiah, sebagai fiksi, atau sebagai alegori (menggambarkan “kasih” sebagai kasih Allah bagi umat-Nya atau sebagai kasih Kristus bagi jemaat-Nya)? Belakangan, para ahli Alkitab memandang kitab itu sebagai Sastra Hikmat yang menjunjung kasih manusiawi yang indah dan penuh berkat dalam konteks pernikahan. Douglas Sean O’Donnell adalah salah satu di antaranya. Dalam tafsirannya The Song of Solomon: An Invitation to Intimacy, ia menyimpulkan bahwa kitab tersebut adalah sebuah kidung mengenai kasih manusia yang ditulis untuk memberi kita hikmat. –Arthur Jackson
Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti
Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar