• Berserah untuk Percaya

    Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya. –Yesaya 26:4


    Baca: Yesaya 26:1-4


    Pada suatu pagi di musim dingin, saya membuka tirai dan melihat pemandangan yang mengejutkan. Dinding kabut. “Kabut beku,” peramal cuaca menyebutnya. Kabut yang menjadi peristiwa langka di lokasi kami ini datang dengan kejutan lebih besar: prakiraan cuaca selanjutnya adalah langit biru dan sinar matahari—“dalam satu jam.” “Mana mungkin,” kata saya kepada suami. “Sekarang pun kita nyaris tidak bisa melihat apa-apa tiga puluh sentimeter di depan.” Akan tetapi, benar saja, kurang dari satu jam kemudian kabut memudar, langit menjadi cerah dan berwarna biru jernih.


    Saat berdiri di dekat jendela, saya merenung tentang tingkat kepercayaan saya ketika saya hanya dapat melihat kabut di dalam kehidupan ini. Saya bertanya kepada suami, “Apakah aku hanya mempercayai Allah untuk apa yang bisa kulihat?”


    Ketika Raja Uzia wafat dan sejumlah penguasa korup berkuasa di Yehuda, Nabi Yesaya mengajukan pertanyaan serupa. Siapa yang dapat kita percaya? Allah menanggapi dengan memberi Yesaya penglihatan yang begitu luar biasa sehingga sang nabi pun yakin bahwa Dia dapat dipercaya di masa sekarang untuk menuju masa depan yang lebih baik. Yesaya memuji, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya” (Yes. 26:3). Sang nabi juga berseru, “Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal” (ay. 4).


    Ketika pikiran kita tertuju kepada Allah, kita dapat mempercayai Dia bahkan pada masa-masa yang berkabut dan membingungkan. Mungkin sekarang kita tidak bisa melihat dengan jelas, tetapi dengan mempercayai Allah, kita dapat meyakini bahwa pertolongan-Nya akan segera tiba.


    Oleh: Patricia Raybon


    Renungkan dan Doakan

    Ketika hidup tampak berkabut dan membingungkan, siapakah yang dapat Anda percayai? Bagaimana Anda dapat mengalihkan pikiran Anda, dari masalah hari ini kepada Allah kita yang kekal?


    Ya Allahku, hari ini dunia terlihat berkabut dan membingungkan. Tolonglah aku untuk memusatkan pikiranku pada-Mu, Pribadi yang dapat kupercaya untuk selamanya.

    Amin....

    Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu....


    WAWASAN

    Yesaya 26:4 menggunakan metafora gunung batu, yang menggambarkan rasa aman dan keselamatan di dalam Allah: “TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.” Kata “gunung batu” dalam bahasa Ibrani adalah tsur. Secara harfiah itu berarti tebing, gunung batu, atau batu besar, tetapi secara kiasan, itu menggambarkan tempat perlindungan. Kata itu dipakai sebanyak tiga kali dalam Mazmur 18 (ay. 3,32,47). Di ayat 3, pemazmur menggandakan metaforanya untuk menekankan ketergantungan pada Allah: “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku [tsur], tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” Di Yesaya 26:4 kata tsur dipasangkan dengan olam, yang berarti masa yang panjang, selama-lamanya, kekal, abadi: “TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal .” Pemasangan kata-kata itu meningkatkan kredibilitas Allah berlipat ganda. Percayalah kepada-Nya. Kasih setia-Nya tidak berkesudahan! –Arthur Jackson


    Anda bisa memberikan dampak yang lebih berarti 


    Our Daily Bread

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
Pengamat Sosial

Bertumbuh dalam Allah 2025-07-07

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. –2 Timotius 2:15 Baca: 2 Timotius 2:14-16, 22-26 Pada tahun-tahun pertamanya sebagai seora...

Halaman FB